Sudah menjadi agenda rutin tahunan di Kantor Kopertis Wilayah V Yogyakarta, bahwa dalam rangka mempererat tali silaturahmi diantara anggota keluarga besar Kopertis, maka diadakan acara Halal Bi Halal. Tahun ini, acara Halal Bi Halal diadakan pada hari Selasa, 04 Agustus 2015 bertempat di Ruang Sidang Utama Kantor Kopertis Wilayah V Yogyakarta.
Menurut laporan ketua panitia yang disampaikan oleh H. Budi Handojo SH.,LLM, dari jumlah undangan yang disebar panitia, ada sekitar 375 orang tamu yang hadir dalam acara halal bi halal kali ini . Para undangan yang hadir terdiri dari para pimpinan Perguruan Tinggi Swasta di lingkungan Kopertis Wilayah V, APTISI, anggota Korpri, mantan pejabat, mantan pegawai, dosen dpk,dan pegawai administrasi Kopertis Wilayah V Yogyakarta. Syawalan kali ini diisi juga dengan lagu-lagu Islami dari Tim Hadrah Pondok Pesantren Al-Barokah Karangwaru, Yogyakarta.
Prof. Ir. Moch. Teguh MSCE.,Ph.D, dalam ikrar syawalan mewakili hadirin menyampaikan taqabalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin.Lebih lanjut, beliau juga mengajak para hadirin agar senantiasa menjaga amalan-amalan yang sudah dilaksanakan di bulan ramadhan baik amalan wajib maupun yang sunnah, seperti puasa, sholat malam, sholat berjamaah di masjid, tilawah Al qur’an dan zakat.
Selain menjawab ikrar syawalan, dalam sambutannya , Koordinator Kopertis Wilayah V
Yogyakarta , Dr. Ir. Bambang Supriyadi CES.,DEA menceritakan asal usul adanya tradisi syawalan di Indonesia. Disampaikan bahwa dahulu, pada saat awal-awal kemerdekaan, masih terdapat pertentangan pendapat diantara para pemimpin bangsa. Presiden Soekarno meminta nasehat kepada Wahid Hasyim, bagaimana caranya agar para pemimpin negeri ini bisa bersatu .Maka diambillah momentum saat Idul Fitri untuk menyatukan para pemimpin dengan dikumpulkan dan saling maaf memaafkan dalam acara syawalan, dan akhirnya berlanjut sampai sekarang.
Masih dalam sambutannya, Bapak Koordinator juga mengajak kepada para tamu undangan untuk meningkatkan kinerja setelah sebulan penuh mendapat gemblengan di bulan Ramadhan. Hal yang biasanya halal, pada saat menjalankan puasa Ramadhan bisa menjadi hal yang haram. Dan kita harus bisa menahan diri untuk tidak melakukannya. Semoga hasil dari gemblengan itu terbawa menjadi budaya dalam bekerja untuk senantiasa jujur, menjalankan pekerjaan sesuai dengan peraturan yang ada.Selanjutnya Bapak Koordinator juga berharap agar Perguruan Tinggi Swasta bisa meningkatkan kelulusan, baik kualitas maupun relevansinya dengan permintaan dunia kerja.Karena, saat ini kita tidak hanya berhadapan dengan bangsa sendiri tapi juga harus siap menghadapi persaingan global.Untuk itu diharapkan agar Pergguruan Tinggi Swasta bisa mencetak lulusan yang kompetitif.
Drs. KH. AF Djunaedi M.Ag dalam tausiyahnya diawali dengan ajakan beliau kepada para tamu untuk bermuhasabah diri, dengan adanya fenomena bahwa pada umumnya, ketika bulan Ramadhan, orang akan sangat taat kepada Allah. Beliau mengumpamakan dengan istilah “Seolah-olah Allah selalu ada dalam pelukan”. Semua orang berlomba-lomba untuk berpuasa dengan baik, mendiri
kan sholat berjamaah di masjid, sedekah, tilawah Al Qur’an dan ibadah-ibadah yang lain. Tapi sayangnya, banyak dari kita yang tidak istiqomah menjaga amalan tersebut ketika Ramadhan berlalu.Padahal, tujuan dari puasa adalah agar kita menjadi orang yang bertaqwa, sebagaimana yang tercantum dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 183 yang artinya “ Wahai orang-orang yang beriman!
Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.
Masih dalam tausiyahnya, beliau juga menyampaikan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling mulia sebagaimana yang tercantum dalam surat At-Tiin,ayat 1 s.d 6 , yang artinya “1) Demi (buah) tin dan (buah) zaitun, 2) demi gunung Sinai, dan 3) demi negeri ( Mekkah) yang aman ini,
4)Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, 5) Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, 6) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya” . Dari ayat itu bisa kita baca bahwa Allah sampai bersumpah 4 kali, untuk menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita sebagai manusia harus mempertahankan kemuliaan itu.
Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa ada 4 standar orang yang bertaqwa menurut Ali Bin Abi Thalib, yaitu :
1. Orang yang merasa takut kepada siksa Allah, sehingga takut untuk berbuat dosa
2. Orang yang berperilaku sesuai dengan ajaran Al Qur’an
3. Orang yang mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.
Sebaik-baik bekal adalah taqwa. Rasulullah pernah bersabda “Wa kafaa Bil Mauti Wa Idzho “ yang artinya “ Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat yang tertinggi”
4. Orang yang rela/ridho ketika mendapatkan rizki berapapun besarnya, sehingga orang tersebut senantiasa mensyukuri terhadap rizki yang diterima sesuai dengan Al Qur’an surat Ibrahim ayat 7 yang artinya “ Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”.
Acara Halal bi Halal diakhiri dengan saling berjabat tangan diantara para tamu undangan.