Mengantarkan mahasiswa sukses pada masa kuliah sampai pasca kuliah menjadi tugas sivitas akademi perguruan tinggi.
Sukses masa kuliah identik dengan tugas perguruan tinggi melayani dan mendorong mahasiswa mendalami ilmu-ilmu yang menjadi konsentrasi kuliah (hard skill) dan mendorong mahasiswa aktif untuk mengikuti kegiatan ekstra akademik dan non-akademik untuk menguasai ketrampilan lunak (soft skill).
Menyiapkan mahasiswa menguasai hard skill dan soft skill menjadi misi perguruan tinggi untuk mengantarkan para lulusannya sukses.
Misi tersebut menjadi tekad bersama antara Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Widya Mataram (Prodi Sosiologi Fisipol UWM) dan Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura (Prodi Fisib UTM).
Tekad tersebut diformulasikan dalam penandatangananan kesepahaman kerjasama (Memorandum of Understanding/MoU) antara Dekan Fisipol UWM, Dr. As Martadani, MA, dan Dekan Fisib UTM, Dr. Dinara Maya Julijanti, S.Sos, M.Si.
Kemudian, dua pihak menandatangani pelaksanaan kerjasama (Memorandum Of Agreement/MoA) antara Ketua Prodi Sosiologi Fisipol UWM, Dr. Mukhijab, MA, dan Ketua Prodi Sosiologi Fisib UTM, Dr. Arie Wahyu Prananta, S.PI, M.Sos.
Kegiatan itu dilangsungkan di Ruang Serba Guna Prodi Sosiologi Fisib UTM di Jl. Raya Telang, Perumahan Telang Inda, Telang, Kec. Kamal, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Jumat (30/8/2024), yang dihadiri para dosen Sosiologi UTM dan UWM.
Dekan Fisib UTM Dinara Maya Julijanti menyambut positif kesepahaman dan pelaksanaan kerjasama Prodi Sosiologi UTM dan Prodi Sosiologi UWM.
Faktor Madura dan Yogyakarta, menurutnya, menjadi daya tarik dari aspek sejarah dan budaya. Aspek substansil tentang budaya matrilineal yang berlakudi di Madura, dan sebaliknya budaya patrilineal yang dominan di Yogyakarta.
Dalam budaya Madura, matrilineal menjadi budaya dominan dalam sistem keluarga, yaitu sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak ibu (perempuan). Setiap perwakilan, laki-laki harus mengikuti atau mengidung ke pihak istri. Mereka harus membangun rumah berjajar dalam keluarga inti di suatu kompleks.
Sebaliknya Yogyakarta lebih dominan pada sistem patrilineal yaitu sistem kekeluargaan yang menarik garis keturunan pihak laki-laki atau ayah. Meskipun dalam sistem keluarga tidak selalu perempuan mengikuti laki-laki, tetapi laki-laki lebih dominan dalam sistem kekerabatan dan praktik-praktik kehidupan masyarakt seperti politik.
“Kita bisa riset bersama maupun kuliah gender sistem kekerabatan Madura dan Yogyakarta dengan perspektif yang multidisiplin,” kata Dinara Maya Julianti.
Martadani merespon positif ajakan mengembangkan kajian multidisiplin tersebut. Dari segi sumber daya dosen, lingkungan pendidikan dan budaya Yogyakarta, dan keterbukaan dalam berpikir di lingkungan Fisipol UWM, khususnya di Prodi Sosiologi UWM, praktik Tridharma Perguruan Tinggi di bidang pendidikan seperti pertukaran dosn, bidang penelitian seperti riset bersama dosen, dan pengabdian masyarakat bisa segera dilaksanakan dalam waktu dekat.
“Banyak kesamaan dari segi kurikulum di Prodi Sosiologi UWM dan Prodi Sosiologi UWM seperti kuliah kebudayaan, gender, dan mata kuliah lain, peluang melaksanakan kerjasama dua pihak sangat terbuka dalam waktu dekat,” kata Martadani yang didampingi dosen Prodi Sosiologi Dwi Astuti, M.Si.
Dalam diskusi usai penandatanganan, para dosen mengusulkan eksekusi kerjasama dalam bentuk kuliah dosen tamu maupun pertukaran dosen, penulisan bab buku, penulisan jurnal, dan sejumlah bentuk kerjasama lainnya.
“Kita sudah tanda tangan kerjsama, kita tidak perlu bertele-tele untuk pelaksanaannya. Dosen Sosisologi UTM dan UWM harus sut-set (trengginas) melaksakan kerjsama,’ kata Ketua Prodi Sosiologi UTM Arie Wahyu Prananta.
Terdapat sejumlah dosen Prodi Sosiologi UTM berasal dari Jawa Tengah, sangat berhasrat untuk segera melaksanakan Kerjasama. “Ada ibu dosen dari Magelang, ini sangat berhasrat dengan pertukaran dosen mengajar,” kata Arie Wahyu Prananta yang disambut tawa teman-temannya.
Humas Fisipol UWM