Magic Moment (Bagian ke-2)

Pembaca yang kreatif, melanjutkan kisah Jumat lalu, satu per satu di antara sekian pegawai berdatangan bersama ibunya. Mereka diminta memilih makanan dan minuman yang disukai. Senyum, canda tawa dan ekspresi malu terlihat dari wajah mereka. Sepertinya situasi makan berdua ini jarang mereka lakukan. Mengulangi pertanyaan sebelumnya, apa yang akan Anda lakukan jika mempunyai kesempatan makan bersama ibu? Tampak seorang pegawai wanita berkacamata memberikan jawaban yang terpancar lewat ekspresi wajahnya, “Aku hanya ingin melihat ibu tersenyum”.

Jawaban pegawai lain mengatakan, “Aku ingin ibu  makan masakan yang enak”. Ada yang menuliskan, “Aku ingin menyuapi ibu, sebagaimana ibu menyuapiku saat aku masih kecil”. Terlihat beberapa pegawai meminta ibunya mencicipi makanan yang dia ambil dengan sumpit. Ada yang sambil membagikan makanan kepada ibunya. Jawaban lain berbunyi, “Aku ingin mendengarkan tawanya.” Memang terlihat para pegawai dan ibunya sedang bercanda, senyum tersipu dan lepas.

Pembaca yang kreatif, terakhir yang ditanyakan kepada pegawai adalah, “Apakah Anda mempunyai hal lain yang ingin disampaikan kepada ibu Anda?” Masing-masing pegawai mengeluarkan kertas pertanyan dan jawaban yang telah mereka isi. Kemudian menunjukkan kepada ibunya secara perlahan sambil menahan perasaan yang terpancar di raut wajah mereka. Para ibu membaca jawaban demi jawaban anaknya ini. Kalimat-kalimat yang tertulis itu, “Aku ingin meminta maaf. Aku ingin menjadi anak yang baik. Aku ingin membuat ibu bahagia. Aku ingin memeluk Ibu,” membuat para ibu terhenyuh.

Terpancar kesedihan dan juga kebahagiaan, ketika seorang ibu berdiri dari kursinya menuju ketempat duduk putrinya. Si Ibu memeluk anaknya itu dari samping tempat duduknya. Semua pegawai melakukan hal yang sama bersama ibunya, saling berpelukan bahagia. Hanya tangisan dan semangat ingin lebih baik terpancar dari wajah mereka. Bahagia dan lega rasanya mengalami situasi seperti itu. Beban seolah terangkat. Ketidakpedulian selama ini terpecahkan. Komunikasi yang terhambat, akhirnya bisa cair kembali.

Inilah magic moment, keadaan di mana Anda merasakan sesuatu yang membuat anda tersadar tentang satu hal.

Situasi yang ingin Anda raih dan lakukan. Solusi, pencerahan yang muncul dari diri Anda. Hadirnya optimisme, semangat baru, cara baru, ide baru yang selama ini tidak terlihat. Walaupun sebenarnya munculnya itu semua bisa berasal dari kebiasaan, pengalaman dan sumber daya yang pernah anda alami. Namun aktivitas kerja, kesibukan usaha membuat itu agak terlupakan. Tertarik dengan kalimat William Tanuwijaya ketika bercerita disalah satu Podcast. “Ketika saya miskin uang begitu berharga dari waktu. Namun begitu saya memiliki uang, waktu begitu berharga untuk saya.”

Pembaca yang kreatif, saya yakin Anda pernah mengalami situasi ini. Pada saat kuliah dengan keterbatasan uang yang dimiliki di kala itu. Lebih baik berjalan kaki menuju tempat yang anda inginkan walau pun itu akan memakan waktu satu jam. Namun itu tidak masalah asal Anda bisa berhemat untuk mengelola keuangan Anda. Dan di masa sekarang, saat uang bukan persoalan bagi Anda. Sangat sulit bagi Anda hanya untuk makan siang saja, sulit sekali mengatur waktu.

Bahkan untuk menentukan makanan apa yang akan dinikmati hari ini, rasanya tidak mudah. Banyak sekali pilihan yang membuat bingung. Pilihan dari cita rasanya? Masakan khas negara apa? Bahkan sampai ingin mencoba sesuatu yang baru karena yang ditawarkan teman Anda, sudah Anda rasakan kemarin siang. Sambil bercanda, “Masak itu lagi?” hehe. Orang miskin sulit sekali untuk makan karena tidak memiliki uang yang cukup. Saat Anda memiliki semuanya, Anda juga kesulitan memilih menu yang cocok dan berselera untuk hari ini? Hehe. Hadirkan magic moment agar hidup lebih bermakna.

Sehat dan sukses selalu.

Tulisan ini telah dimuat di harian Republika tanggal 18 Juni 2021 Rubrik Inspira halaman 8.


BAGIKAN