Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyelenggarakan Training of Trainer (ToT) bagi mahasiswa yang bertugas sebagai mentor dalam program Pendampingan Agama Islam (PAI). Kegiatan yang digelar pada Sabtu (11/10) di Gedung AR B lantai 5 UMY ini berfokus pada penguatan kemampuan komunikasi efektif dalam menanamkan nilai-nilai Islam berkemajuan.
Direktur Direktorat Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (DAIK) UMY, Taufiqur Rahman, S.IP., M.A., Ph.D., menegaskan bahwa komunikasi dalam mentoring bukan sekadar proses penyampaian pesan, melainkan juga negosiasi makna.
“Komunikasi itu tidak hanya tentang pesan yang disampaikan dan dipahami, tetapi juga tentang proses negosiasi dan berbagi makna. Sebagai mentor, Anda harus siap bernegosiasi makna dengan para mentee dalam memaknai nilai-nilai Islam,” ujar Taufiq.
Ia menambahkan, dalam proses negosiasi makna, mentor perlu terbuka untuk berdiskusi dan berargumentasi secara sehat, namun tetap mengarahkan pemahaman sesuai prinsip dan keyakinan Muhammadiyah.
Lebih lanjut, Taufiq menjelaskan bahwa komunikasi mentor akan berjalan efektif jika didukung oleh tiga elemen utama. Pertama, Assertiveness atau sikap tengah yang moderat, tidak agresif dan tidak pasif, yang mencerminkan komunikasi Wasatiyah (tengah/moderat) dalam Islam Berkemajuan. Kedua, Inquiry, yaitu kemampuan bertanya dengan lembut dan menggali pendapat mentee menggunakan probing questions yang terbuka. Ketiga, Empathy, yaitu kemampuan memahami perasaan, pemikiran, dan kebutuhan orang lain dengan menempatkan diri pada posisi mentee.
Untuk memperkuat penerapan ketiga elemen tersebut, Taufiq juga memaparkan lima jurus komunikasi efektif bagi mentor, yaitu Active Listening, yakni mendengarkan secara aktif untuk menghindari kesalahpahaman. Kedua, Empathic Response, yakni menanggapi dengan rasa pengertian dan empati. Paraphrasing, yakni mengulang pesan mentee dengan bahasa sendiri untuk memastikan pemahaman. Selanjutnya, Open-Ended Questions, yakni mengajukan pertanyaan terbuka agar mentee lebih ekspresif; dan terakhir Positive Reinforcement, yakni dengan memberikan apresiasi atau penguatan positif atas tanggapan mentee.
Taufiq juga mengidentifikasi sejumlah hambatan komunikasi yang sering muncul, seperti keterbatasan active listening skill, rasa sungkan mentee terhadap senior, serta penggunaan bahasa yang berpotensi menyinggung isu SARA.
Sebagai solusi, ia menegaskan bahwa mentor perlu menanamkan semangat Islam Berkemajuan yang berlandaskan nilai Wasatiyah (moderasi). Menurutnya, komunikasi yang assertive sejatinya adalah wujud nyata dari komunikasi wasatiyah.
“Pesan utama yang harus menjadi pegangan mentor adalah petunjuk Al-Qur’an dalam Surat An-Nahl ayat 125, yaitu: ‘Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.’ Ayat ini menjadi rujukan bagi para mentor UMY untuk berdakwah dengan hikmah, pelajaran yang baik, dan cara yang santun,” tegasnya.
Melalui pelatihan ini, UMY berharap para mentor mampu mengimplementasikan komunikasi yang penuh empati, konstruktif, dan mencerminkan nilai-nilai Islam Berkemajuan dalam setiap sesi pendampingan. (Jeed)