Makam Imogiri merupakan makam Raja-raja Mataram yang terletak di desa Ginirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Makam para Raja ini berada di atas perbukitan menjadi bagian sejarah dan warisan yang sangat berharga bagi masyarakat Jogja dan Indonesia. Mahasiswa dan dosen berziarah dengan mengikuti peraturan yang berlaku di dampingi oleh juru kunci makam (29/7).
Beberapa peraturan dan larangan yang harus dipatuhi para peziarah selama berada di pemakaman ini seperti para peziarah diharuskan menggunakan pakaian budaya adat Jawa, untuk wanita disarankan memakai kemben, sedangakan untuk para pria harus memakai jarik dan tidak boleh menggunakan alas kaki. Sebelum memasuki makam raja, harus melalui 409 anak tangga yang lebarnya sekitar 4 meter dengan kemiringan 45 derajat
Tujuan kegiatan ziarah ini yaitu dalam rangka Dies Natalis Universitas Proklamasi 45 ke- 58 pada 17 Agustus 2022, serta menyambut peringatan hari Kemerdekaan RI ke 77, yang mengangkat tema “Pulih lebih cepat, Bangkit lebih kuat”. Dipilih ziarah di makam Imogiri karena Imogiri merupakan saksi sejarah kota Yogyakarta, dan terdapat makam Sri Sultan Hamengkubuwana IX.
“Mahasiswa diajak untuk melakukan pembelajaran sejarah, berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap nilai-nilai kejuangan kepada perkembangan”, jelas Amin Al Adib, S.Psi., M.Psi., selaku Kaprodi Psikologi UP45, yang juga turut serta dalam kegiatan tersebut.
Kata ziarah dalam bahasa Indonesia bermakna sebagai kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia. Ziarah merupakan tradisi penting dalam masyarakat yang sering dijumpai di berbagia daerah di Indonesia. Kegiatan ziarah yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Psikologi (HIMAPSI) UP45 sebagai generasi yang tergolong sedang hidup di tengah perkembangan teknologi modern, ini bisa juga terkesan “kuno”.
Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A., sebagai Dekan Fakultas Psikologi UP45, menjelaskan bahwa setiap mahasiswa merupakan individu yang penuh potensi dan sebagai penerus generasi.
Penting bagi mahasiswa menggali kepekaan emosi dan memiliki kemampuan mengatur perasaan sebagai upaya membangun karakter yang bertanggungjawab, menentukan prinsip dan perilaku yang terbaik sehingga mampu menghadapi berbagai perubahan yang begitu cepat saat ini. “Harapannya, setiap mahasiswa memiliki kemauan kuat dalam usaha mewujudkan cita-citanya”, ungkap Wahyu.
Lebih dijelaskan dalam kesempatan yang sama oleh Wahyu bahwa kegiatan ziarah merupakan latihan rohani. Mahasiswa diajak melakukan perjalanan yang menimbulkan kelelahan fisik serta psikologis. Butuh perjuangan mengalahkan kebosanan dalam menaiki 409 anak tangga di makam Imogiri hingga pada akhirnya mencapai suatu tujuan. Harapannya dengan kegiatan sederhana ini merupakan bagian dari sistem pembelajaran Merdeka Belajar yang menekankan pada aspek pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia.