Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-117 digelar dengan khidmat pada hari Senin (20/5), bertempat di Lapangan Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti oleh jajaran pimpinan, pegawai, unsur TNI-Polri, pelajar/mahasiswa, serta masyarakat umum, sebagai wujud penghormatan atas semangat perjuangan bangsa Indonesia yang pertama kali menyala 117 tahun silam melalui berdirinya organisasi Budi Utomo.
Upacara dimulai tepat pukul 08.00 WIB, diawali dengan pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kendati sejak pagi cuaca berawan hingga rintik gerimis turun, suasana khidmat dan penuh semangat nasionalisme menyelimuti seluruh peserta yang hadir dengan mengenakan pakaian seragam, ataupun atribut sesuai ketentuan masing-masing instansi. Bertindak sebagai inspektur upacara adalah KGPAA Paku Alam X yang juga sekaligus Wakil Gubernur Provinsi DIY yang membacakan sambutan resmi Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, Meutya Viada Hafid.
Dalam sambutan tersebut, Meutya menekankan bahwa Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan momen penting untuk merenungkan kembali perjuangan para pendahulu dalam melawan penjajahan dan membangun kesadaran kolektif sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Tema peringatan tahun ini, “Bangkit Bersama, Wujudkan Indonesia Kuat,” diangkat untuk memperkuat komitmen dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif dan adil bagi seluruh rakyat Indonesia.
Meutya menegaskan bahwa Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar peringatan tanggal historis, melainkan momen untuk menyalakan kembali semangat persatuan dan keberanian bangsa dalam menghadapi tekanan zaman, sebagaimana yang diwariskan oleh para pendiri pergerakan nasional melalui lahirnya Budi Utomo 117 tahun lalu. Ia menekankan bahwa kebangkitan sejati adalah proses panjang yang tidak hanya hidup dalam romantisme sejarah, tetapi menuntut keberanian untuk menjawab tantangan nyata seperti disrupsi teknologi, krisis pangan, ketegangan geopolitik, hingga isu kedaulatan digital.
Di tengah dunia yang terus berubah dan bergerak cepat, Indonesia, kata Meutya, tidak boleh menjadi penonton. Dengan tetap memegang teguh prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif, Indonesia telah memainkan peran sebagai mitra terpercaya di berbagai forum global. Posisi ini menempatkan Indonesia sebagai jembatan dialog di tengah polarisasi dunia, serta sebagai pengusung solusi yang membawa manfaat kolektif, bukan hanya kepentingan nasional semata.
Melalui upacara ini, seluruh peserta diingatkan kembali bahwa kebangkitan nasional bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi juga cita-cita yang terus diperjuangkan dalam setiap aspek kehidupan bangsa—dari pembangunan ekonomi hingga penguatan karakter bangsa. Semangat kebangkitan itu kini harus diwujudkan dalam langkah nyata untuk mewujudkan Indonesia yang lebih maju, adil, dan beradab.
Upacara ini diikuti oleh dua puluh lima mahasiswa Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta yang berasal dari ragam domisili, program studi, dan tahun angkatan. Keseluruhan mahasiswa tersebut merasa senang memperoleh pengalaman mengikuti upacara nasional yang dilaksanakan satu tahun sekali. Para generasi muda inilah yang akan membawa tongkat estafet kepemimpinan negara suatu saat nanti, dan saat ini merupakan momen yang tepat untuk memupuk rasa nasionalisme dengan mencintai bangsa, negara, dan saudaranya sendiri.