Dari Start-up hingga Policy Brief, UMY Kembangkan Konsep Entrepreneur University

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Zuly Qodir, M.Ag., menegaskan bahwa konsep Entrepreneur University tidak boleh dipahami secara sempit hanya sebatas berjualan produk. Hal ini ia sampaikan dalam acara kunjungan Universitas Brawijaya (UB) ke UMY, Selasa (2/9), di Amphitheater Gedung Pascasarjana Lantai 4 UMY.

“Entrepreneur University itu bukan berarti semua harus jadi bakul, entah bakul sayur, telur, atau pepaya. Yang utama adalah memiliki mindset, perilaku, dan gagasan inovatif yang bisa dimasyarakatkan,” ujarnya.

Menurutnya, setiap bidang ilmu memiliki bentuk “kewirausahaan” masing-masing. Jika mahasiswa ekonomi bisa menghasilkan produk dan mengikuti business fair, maka mahasiswa ilmu sosial dapat menyumbang kajian kebijakan atau policy brief yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Yang dijual bukan barang, tapi gagasan. Misalnya tentang penanganan TKI dan TKW, itu juga bentuk kewirausahaan intelektual,” imbuhnya.

Prof. Zuly menyoroti tantangan dalam menumbuhkan start-up mahasiswa di UMY. Dari sekitar 300 start-up yang pernah terbentuk, hanya sekitar 30 yang mampu bertahan.

“Semakin banyak yang ikut, kemungkinan gagal juga besar. Tapi kalau dari 300 ada 30 yang hidup, itu sudah luar biasa,” jelasnya.

Untuk mendukung keberlanjutan usaha mahasiswa, UMY memberikan subsidi dan pendampingan bagi start-up yang serius. Meski begitu, ia menekankan tidak semua mahasiswa harus menjadi pengusaha. Target realistisnya, setidaknya 50% lulusan bisa memiliki penghasilan setara ASN atau UMR, baik dari jalur profesional maupun wirausaha.

Selain kewirausahaan, Zuly juga menyinggung peran Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Ia menilai minat mahasiswa terhadap UKM seni tradisional mulai menurun karena orientasi mahasiswa kini lebih fokus pada kelulusan cepat. Karena itu, kolaborasi antara fakultas, dosen, dan direktorat penting untuk menjaga keseimbangan antara prestasi akademik dan pengembangan diri mahasiswa.

“Intinya, Entrepreneur University bukan sekadar soal bisnis, tapi tentang membangun mentalitas kreatif dan kolaboratif. Semua jurusan bisa berkontribusi sesuai bidangnya,” pungkasnya. (Mut)


BAGIKAN