Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMY Dr. Ayif Fathurrahman, SE, SEI, M.Si., menyampaikan bahwa jika berbicara tentang ekonomi Islam sejatinya bukan hanya membahas konsumsi dan pasar, tetapi berbicara tentang pembangunan peradaban manusia.
Menurutnya, manusia diciptakan bukan semata untuk memenuhi kebutuhan jasmani, melainkan untuk memiliki visi, misi, dan strategi hidup agar dapat berperan sebagai khalifah di muka bumi.
“Kita harus istiqamah dengan risalah Islamiyah agar bisa menebarkan kebermanfaatan dan kemaslahatan, minimal bagi diri sendiri dan sesama,” ujarnya saat dihubungi pada Selasa (21/10).
Ayif menegaskan, sistem ekonomi kapitalistik yang kini mendominasi dunia telah menjauh dari nilai-nilai Islam dan melahirkan ketimpangan global.
“Dunia hari ini dikuasai oleh segelintir negara yang memiliki kekuatan ekonomi dan militer. Ketimpangan itu terjadi karena umat Islam dipaksa mengikuti sistem di luar nilai-nilai Islam,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa tujuan utama ekonomi Islam adalah menggeser paradigma peradaban dunia yang hanya berpihak pada kepentingan individu dan golongan tertentu. Menjalankan ekonomi Islam secara halalan thayyiban adalah bentuk perlawanan terhadap sistem ekonomi yang tidak berkeadilan.
Ayif juga menyoroti pentingnya kesadaran konsumsi umat Islam agar memilih produk yang halal dan baik (thayyib), karena hal tersebut berdampak langsung pada kualitas sumber daya manusia.
“Ekonomi Islam menuntun kita mencari rezeki dengan cara yang halal dan thayyib, sebab dari sanalah lahir manusia unggul yang produktif dan berakhlak,” tambah Ayif yang juga telah menyampaikan hal ini dalam Kajian Ba’da Dhuhur di Masjid KH. Ahmad Dahlan UMY, Rabu (15/10).
Ia menegaskan, penerapan ekonomi Islam tidak berhenti pada teori konsumsi, produksi, atau distribusi semata, melainkan harus berlandaskan nilai keadilan, pemerataan, dan keberkahan.
“Secara historis, Islam pernah memimpin dunia dengan kesejahteraan, ilmu pengetahuan, dan keamanan luar biasa. Itu bukti bahwa ekonomi Islam bukan sekadar urusan materi, tetapi jalan menuju kebahagiaan bersama,” pungkasnya.
Ayif pun mengajak umat Islam untuk memahami bahwa ekonomi Islam adalah fondasi membangun peradaban yang adil, aman, dan bahagia, sebagaimana dicontohkan pada masa kejayaan Islam. (Jeed)