Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Selain diberi bentuk atau rupa yang paling baik atau sempurna, manusia juga dibekali dengan akal, sehingga mampu menciptakan berbagai pengetahuan, membentuk masyarakat, menyelenggarakan pemerintahan, melakukan praktik jual beli, mampu menciptakan berbagai macam kebudayaan atau peradaban.
Dalam menghadapi era teknologi modern dan Industrialisasi, maka dituntut adanya keahlian untuk menggunakan, mengelola, dan senantiasa menyesuaikan dengan teknologi – teknologi dan ilmu pengetahuan yang baru. Tidak terelakkan bahwa perkembangan tenologi sangat memudahkan kehidupan manusia dalam meningkatkan kesejahteraan hidup. Hidup menjadi semakin efisien, praktis dan cepat. Pemanfaatan teknologi menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat, mahasiswa dan siapapun. Teknologi yang dianggap produk kapitalis ini punya peran penting dalam membantu memperlancar kebutuhan manusia.
Pandemi Covid-19 memaksa berbagai kalangan masyarakat untuk belajar dan mau menerima sebuah peradaban yang saat ini berkembang. Menolak perkembangan zaman akan mengakibatkan masyarakat teralienasi atau terasing dari material historis peradaban. Demikian dikatakan Ketua Program Studi (Prodi) Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Widya Mataram (UWM) pada Senin (13/4/2020). Hal itu untuk menyikapi tirani kapitalis yang produknya saat ini berkembang pesat.
Paharizal mengatakan, Jika ingin melawan tirani kapitalis, maka mahasiswa dan masyarakat tidak perlu takut dengan produk kapitalis, justru harus mencari titik kelemahannya. Sebagaimana agen Belanda, Christian Snouck Hurgronje yang mempelajari dinamika masyarakat Indonesia untuk mencari titik lemah. Akhirnya dengan kesungguhan dan ketekunannya mempelajari budaya Aceh, dia mengetahui kelemahan masyarakat Aceh pada masa itu.
“Mahasiswa adalah generasi beruntung yang terlahir pada abad milenial karena ketika lahir sudah dikenalkan dengan kecanggihan teknologi,” kata Paharizal.
Paharizal menceritakan tentang perjalanan Chico Mendez dari Brazil ke Amerika Serikat hanya sekedar untuk mempublikasikan keadaan lingkungan Brazil dari keserakahan ekspansi kaum borjuis. Chico datang ke Amerika Serikat bukan untuk bergabung dengan para kapitalis, tetapi ingin menggunakan produk kapitalis yaitu media (pada masa itu hanya televisi) untuk menyampaikan bahwa masyarakat Brazil sedang terancam akibat eksploitasi besar - besaran dari para pemilik modal.
Mahasiswa yang masih idealis dengan pemikirannya, lanjut Paharizal, tidak perlu takut dengan tantangan dosen. Para mahasiswa dengan mudah dapat menggunakan media untuk mengunggah karya – karya akademik dan mengakses referensi di dunia maya. Tantangan saat ini akan berguna bagi mahasiswa yang sebentar lagi akan kembali darma bhaktikan pengetahuan di tengah masyarakat.
“Ingat, bagi masyarakat di pedesaan, mahasiswa dan lulusan sarjana dianggap sosok yang lebih tahu segala-galanya. Jadi tidak aneh jika suatu saat nanti ada masyarakat yang datang berkonsultasi tentang hukum, kesehatan, kandungan tanah, promosi produk pertanian melalui jejaring internet dan lain sebagainya diluar kompetensi mahasiswa maupun lulusan sarjana,” tukasnya.
Mahasiswa Prodi Sosiologi, Edwin Malik Faturrochman, mengatakan penggunaan teknologi mendukung kuliah selama masa pandemi sangatlah membantu dan menjadi alternatif agar kegiatan pembelajaran tetap berjalan. Kuliah pun lebih santai karena dari rumah.
“Saya tetap melakukan review materi dan diskusi daring setelah perkuliahan selesai untuk pendalaman materi. Di samping itu juga bereksplorasi dengan membaca literatur, referensi, dan buku-buku terkait perkuliahan untuk menambah wawasan,” kata Edwin.
Demikian juga dengan Qor’iah Sadida, mahasiswa semester enam Prodi Sosiologi. Penggunaan teknologi mendukung kebutuhan akademik seorang mahasiwa. Media Youtube juga dioptimalkan untuk mendapat tambahan wawasan. Banyak konten yang mengaitkan teori dengan aspek sosial.