Outlook Ekonomi Yogyakarta 2023

Situasi geopolitik dunia menimbulkan multiplier effect, yang akan mempengaruhi inflasi, kenaikan harga dibarengi dengan penurunan daya beli, dimana terjadi kenaikan suku bunga oleh masing-masing negara karena adanya keinginan untuk mengamankan kondisi keuangan negara tersebut. Hal ini disampaikan Dr. (cand) Bangun Putra Prasetya, S.E., M.Sc., M.M., dosen Program Studi (Prodi) Manajemen Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Widya Mataram (UWM) dalam diskusi terbatas dengan tema “Outlook Ekonomi Indonesia 2023: Bagaimana Proyeksi Ekonomi Yogyakarta Tahun Depan?” pada Kamis (5/1) di Kampus Terpadu UWM, Banyuraden, Sleman, Yogyakarta.

Kandidat doktor dalam bidang ekonomi dari Universitas Brawijaya ini menyampaikan bahwa secara tahunan (year on year) per Agustus 2022, tingkat inflasi negara maju seperti Amerika Serikat 8,3%, Jerman 7,9%, sedangkan inflasi di negara berkembang seperti Turki 80,21%, Argentina 78,5%, dan Indonesia 4,69%. Lebih lanjut, Dosen Program Studi Manajemen UWM ini mengemukakan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) Daserah Istimewa Yogyakarta (DIY) berkomitmen melaksanakan pembangunan yang berfokus pada Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Sektor Unggulan. “Tiga tantangan Pemda DIY tahun 2023 adalah perlambatan ekonomi global yang dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik, ketahanan pangan akibat faktor cost-push, daya beli masyarakat dan mendorong penguatan social finance,” tutupnya.

 

Humas@UWM


BAGIKAN