Politeknik LPP Yogyakarta Dampingi Sekolah Dasar jadi Pelopor Ekoliterasi

Masyarakat urban yang kian teralienasi dari proses produksi pangan, model urban farming (pertanian perkotaan) tidak sekadar aktivitas bercocok tanam. Praktik ini merupakan sebuah gerakan sosial yang merekatkan komunitas dan membentuk kesadaran ekologis baru. Demikian diungkapkan Puji Qomariyah, dosen sosiologi lingkungan, menanggapi program pendampingan yang diinisiasi Politeknik LPP Yogyakarta.

Urban farming adalah respons cerdas terhadap fenomena urban alienation, dimana masyarakat kota kehilangan hubungan dengan alam. Ketika ditanamkan di sekolah, akan menjadi medium pendidikan yang powerful. Tidak hanya mengajarkan biologi, tetapi juga sosiologi dalam bentuk nyata, bagaimana anak-anak belajar tentang gotong royong dan membangun jejaring sosial di sekitar nilai-nilai keberlanjutan. Ini adalah fondasi untuk membentuk ecological habitus pada generasi mendatang,” jelas Puji Qomariyah.

Pernyataan ini mendapatkan bentuk nyata dalam program pendampingan bagi guru-guru SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta yang digelar oleh Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (UP2M) Politeknik LPP Yogyakarta. Di bawah kepemimpinan Dr. Anna Kusumawati, kegiatan yang berlangsung sejak 8 Oktober ini mengusung tema Pengembangan Minat Bertani Siswa melalui Model Urban Farming.

Program ini merupakan implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian masyarakat berbasis penelitian kolaboratif. “Kami ingin mendorong para guru agar tidak hanya menjadi pelaksana pembelajaran, tetapi juga peneliti yang reflektif dan inovatif. Pendampingan ini dirancang agar guru mampu mendokumentasikan praktik terbaik mereka dalam bentuk karya ilmiah yang layak publikasi,” ujar Dr. Anna Kusumawati.

Konsep urban farming dipilih sebagai model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi geografis sekolah di wilayah perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan. Melalui pendekatan ini, siswa diajak mengenal teknik bertani sederhana seperti menanam dalam polybag, sekaligus membangun kesadaran akan ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan sejak dini.

Bahrul Ulum, S.P., M.Sc., Ketua Pelaksana Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), menambahkan bahwa konsep ini menjadi jembatan antara pertanian dan gaya hidup urban. “Pertanian tidak harus dilakukan di lahan luas. Dengan urban farming, setiap orang bisa berkontribusi dari lingkungan rumah atau sekolah. Kami ingin menanamkan semangat itu sejak dini kepada siswa-siswa SD Tarakanita Bumijo,” jelasnya.

Model ini pun mendapat sambutan positif dari seluruh warga sekolah. Aktivitas menanam di area terbatas tidak hanya menjadi sarana belajar aktif, tetapi juga media untuk menanamkan nilai-nilai ekologis dan spiritual yang sejalan dengan semangat Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (KPKC) yang dihidupi komunitas Tarakanita.

“Pendampingan dari Politeknik LPP Yogyakarta memberi dampak yang sangat positif. Siswa kami belajar bukan hanya tentang tanaman, tetapi juga tentang tanggung jawab, kerja sama, dan rasa syukur terhadap alam. Kami melihat antusiasme yang luar biasa dari anak-anak,” ujar Tanjung Purnamasari, Kepala Satuan Pendidikan SD Tarakanita Bumijo 1 Yogyakarta.

Politeknik LPP Yogyakarta berharap program ini tidak berhenti disini, tetapi menjadi embrio bagi pengembangan sekolah berbasis ekoliterasi dan kemandirian pangan di tingkat pendidikan dasar, mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kepedulian dan kesadaran sosial-lingkungan yang tinggi.


BAGIKAN