Alumni Program Studi (Prodi) Arsitektur sangat fleksibel dapat masuk ke berbagai bidang pekerjaan. Alumni Arsitektur Universitas Widya Mataram (UWM) memiliki karakter spesifik yang tercermin dalam suasana berkarir dengan tetap mengedepankan sisi moralitas dan budaya. Hal itu diungkapkan Ibnu Ziady, ST., MH., IAI selaku Alumni Prodi Arsitektur dalam acara Sarasehan Pendopo secara daring melalui aplikasi Zoom pada Senin (29/6/2020) dengan tema acara “Terbang Tinggi”.
“Mahasiswa harus giat dalam menjalani proses pendidikan semasa kuliah dengan aktif berorganisasi untuk bekal di dunia kerja. Untuk memasuki dunia kerja diperlukan pembekalan karakter yang salah satunya melalui organisasi di kampus,” papar Ibnu yang menjabat sebagai sebagai Kepala Dinas PUPR Kabupaten Sorolangun Jambi.
Ibnu menerangkan, kebutuhan pemerintah dalam aspek perencanaan saat ini sudah mengarah pada digitalisasi dengan dukungan teknologi modern. Dalam proses perencanaan, banyak alumni yang berkontribusi dengan memberikan masukan pada pemerintah. Dirinya mengajak para mahasiswa UWM untuk tetap menuangkan ide kreatif di tengah pandemi Covid-19 dengan memaksimalkan penggunaan teknologi.
Acara yang diikuti dosen dan mahasiswa Prodi Arsitektur itu juga mengundang Noval Hanan Irianto, ST. Founder NdH Architect dan CEO Prambanan Village Tour. Noval memberikan wawasan kepada para peserta dalam hal kaitannya model rumah di Indonesia. Menurutnya, model rumah di Indonesia mengundang keprihatinan. Hal itu sebagai akibat dari semakin menjamurnya bangunan yang bercorak modern dengan mengadopsi budaya asing. Noval menyebut rumah tersebut sebagai rumah angkuh.
“Saya melihat sekarang ada kecenderungan dari golongan kelas atas dalam masyarakat kita sedang terjangkiti oleh virus dimana mereka saling berlomba-lomba membangun rumah besar yang mewah dengan corak seragam yang sarat akan elemen budaya asing, tentu saja tidak mencerminkan budaya Indonesia,” kata Noval.
Pada zaman nenek moyang kita dulu, lanjut Noval, mereka membangun rumah berdasarkan insting meskipun dengan tampilan sederhana. Namun pada kenyataannya rumah-rumah hasil karya cipta mereka justru lebih tanggap terhadap lingkungannya. Pada saat Indonesia semakin berkembang, justru rumah-rumah sekarang dibangun dengan kecenderungan massal dan hanya mempertimbangkan aspek estetika semata. Bangunan rumah juga dibangun menggunakan material-material modern yang tanpa disadari dapat meracuni tubuh secara perlahan.
Dari sisi keseimbangan alam, Noval menambahkan, perlu diciptakan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Alam diciptakan dengan fenomena yang saling berkontradiksi secara alamiah. Menurutnya, menjaga keseimbangan alam tidak hanya dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan tindakan perusakan lingkungan. Adanya RTH dapat memberikan kesempatan yang lebih baik bagi terjaganya ekosisitem alam pada rantai makanan. RTH juga berfungsi sebagai tempat cadangan bagi resapan air sehingga akan membantu terciptanya iklim mikro yang banyak mensuplai oksigen.
Sumber: http://new.widyamataram.ac.id/content/news/rumah-angkuh-bukan-budaya-indonesia#.XvmVRaEzbIU