Sisi Arsitektur dan Transendental Omah Dudur

Omah Dudur di Urut Sewu, Grabag, Purworejo masih dilestarikan oleh masyarakat setempat dan menjadi hunian masyarakat perdesaan di daerah tersebut. Berdasarkan sejarahnya, Omah Dudur juga disebut sebagai Omah Ratu atau Rumah Ratu atau Omah Wadon, dan Omah Tuwo. Hal itu disampaikan oleh Dr. Satrio Hasta Brata Wibowo, ST., M.Sc sebagai Narasumber dalam Webinar Angkringan Kulon Kraton yang digelar oleh Program Studi Arsitektur Universitas Widya Mataram (UWM) pada Kamis (6/8/2020).

Satrio menuturkan, Omah Dudur dihuni oleh seluruh stratifikasi sosial perdesaan di wilayah tersebut. Omah Dudur menempati hierarki tertinggi dalam tipe bangunan rumah Jawa yang ada di Urut Sewu.

“Kehidupan sosial budaya masyarakat Urut Sewu dilandasi transendental atau berkaitan dengan aspek spiritual, rohani, gaib dan tidak mudah untuk dipahami dengan logika pikiran,” papar Satrio.

Transendental Arsitektur Omah Dudur ini, Satrio menyebutkan, diwujudkan dalam beberapa bentuk tradisi seperti PetunganRejebanBubur SuroLarunganBakdoKepunganMbethekNgadusi Omah, dan Adeg-Adeg Dudur. Sementara dari sisi fisik arsitektur, Omah Dudur terbagi menjadi beberapa tipe yang masing-masing dibangun tanpa meninggalkan tatanan adat dalam mendirikan Omah Dudur.

“Aturan-aturan untuk menghormati Omah Dudur, yang boleh memilikinya hanya orang tua yang dituakan dan bangunan harus menghadap ke arah selatan atau ke arah kerajaan segara kidul. Tidak diperbolehkan mengubah bentuk dudur menjadi limasan maupun bentuk srotongan. Hanya bangunan srotongan yang bisa diubah menjadi dudur,” jelasnya.

Dari sisi letak, lanjut Satrio, limasan harus berada di depan. Dudur boleh di depan jika tidak ada limasan, sedangkan srotongan berada di sisi kiri Omah Dudur. Omah Dudur yang sudah tidak terpakai juga tidak boleh menghilangkan Saka Papat atau keempat tiang bangunan. Hal itu jika dilihat dari aspek keilmuan arsitektur akan sangat memudahkan untuk keperluan riset aristektur.

“Omah Dudur menjadi hunian untuk wahyu atau figur transendetal dan manusia sebagai penghuninya. Kedua saling membutuhkan untuk memperoleh kebutuhan masing-masing. Figur transendental membutuhkan penyembahan, sedangkan penghuni membutuhkan bantuan dalam menjalani hidup dan mencapai kesempurnaan,” pungkas Satrio.

Sumber: http://new.widyamataram.ac.id/content/news/sisi-arsitektur-dan-transendental-omah-dudur#.Xy0oioozbIU


BAGIKAN