Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Passage to ASEAN (P2A) 9th Annual General Meeting, sebuah forum strategis tahunan yang mempertemukan para pemimpin pendidikan tinggi se-ASEAN untuk merumuskan arah kolaborasi di era transformasi digital dan kecerdasan buatan pada Kamis-Jumat (20-21/11). Kegiatan ini mendapatkan dukungan dan kehadiran langsung dari Prof. Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia.
Pertemuan tahunan ini merupakan hasil kolaborasi erat antara UII dan P2A Secretariat yang berbasis di Duy Tan University, Vietnam. Hadir langsung memimpin agenda sekretariat adalah Dr. Hang Le, Director of P2A Secretariat, yang turut berperan penting dalam perumusan arah, penyelarasan program, serta penyiapan peta jalan jaringan P2A ke depan.
P2A sendiri merupakan jaringan pendidikan tinggi ASEAN yang berfokus pada fasilitasi mobilitas mahasiswa, kolaborasi akademik, dan pertukaran budaya, dengan visi membangun “One Vision, One Identity, One Community.” Saat ini, P2A menaungi 140 universitas anggota dari Vietnam, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Singapura.
Acara yang dihadiri oleh 79 perwakilan anggota P2A se-ASEAN ini dibuka oleh Dr. Wiryono Raharjo, Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII sekaligus P2A Director for Entrepreneurship and Innovation. Dalam sambutannya, Dr. Wiryono menegaskan bahwa forum ini merupakan momentum penting bagi institusi pendidikan kawasan untuk bersama-sama menavigasi dinamika besar yang dibawa oleh perkembangan teknologi baru.
“UII merasa terhormat menjadi tuan rumah bagi P2A 9th AGM. Forum ini bukan hanya mempertemukan para pemimpin dan praktisi pendidikan, tetapi juga menjadi ruang untuk menyusun langkah nyata menghadapi transformasi pendidikan tinggi di era AI. Kolaborasi lintas negara adalah fondasi penting untuk membangun ekosistem pendidikan ASEAN yang kompetitif dan adaptif,” ujar Dr. Wiryono.
Pertemuan dua hari ini diorganisir oleh Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (KUI) UII, dengan rangkaian agenda yang meliputi sesi pleno, dialog bersama perwakilan industri seperti Microsoft dan Samsung R&D Institute Indonesia, MOU Signing Ceremony, hingga ASEAN AI Council Meeting. Seluruh agenda dirancang untuk memperkuat jejaring, mengakselerasi program mobilitas mahasiswa, serta membuka peluang kolaborasi riset di bidang-bidang strategis.
Sebagai Ketua Tim penyelenggara, Dr. Dian Sari Utami, Direktur Kemitraan/Kantor Urusan Internasional UII, menekankan bahwa dukungan seluruh pihak, baik dari Kemdiktisaintek, Sekretariat ASEAN, industri, maupun perguruan tinggi anggota P2A memberikan energi baru bagi perluasan jaringan P2A ke depan, khususnya penguatan transformasi digital melalui penerapan kecerdasan buatan di institusi pendidikan tinggi.
“Kami berkomitmen memberikan pengalaman terbaik bagi seluruh delegasi P2A. Kehadiran para pemimpin regional, termasuk dukungan Prof. Stella Christie, memperkuat misi bersama untuk memajukan mobilitas, meningkatkan kapasitas institusi, serta membuka peluang kolaborasi lintas negara. Pertemuan ini menegaskan posisi UII sebagai mitra strategis dalam ekosistem pendidikan ASEAN,” ujar Dian.
Dalam sambutannya saat penyampaian materi, Prof Stella Christie menegaskan bahwa AI ( artificial intelligence) memiliki kontribusi besar terhadap program ekonomi di ASEAN. Prof. Stella kemudian mempertanyakan apa yang dapat disumbangkan perguruan tinggi mengingat AI dilahirkan dari perguruan tinggi khususnya dari inovasi teknologi dan pengetahuan. Karenanya, perguruan tinggi memiliki peran yang bukan hanya penting, tetapi menjadi kunci terhadap perekonomian dan perkembangan AI. Dalam hal ini, perguruan tinggi harus mampu menghasilkan knowledge dan mengembangkan strategi yang tepat agar dapat berkontribusi secra optimal.
Selain itu, perguruan tinggi tidak mampu untuk bekerja sendiri, perlu langkah kolaboratif karena pengembangan AI memerlukan nilai investasi yang terbilang tidak sedikit, “Kita di ASEAN punya 150 perguruan tinggi yang bisa berkolaborasi dalam melakukan inovasi teknologi dan pengetahuan,” kata Stella Christie sekaligus menegaskan bahwa perguruan tinggi harus mampu menghasilkan talenta dengan kemampuan cyber yang mumpuni.
Dengan partisipasi aktif perwakilan dari kementerian, P2A Secretariat, ASEAN Secretariat, dan berbagai universitas mitra, pertemuan ini diharapkan menghasilkan rekomendasi, strategi kolaboratif, dan program lanjutan yang akan dijalankan bersama pada tahun 2026. (DS/AHR/RS)