Dalam menghadapi gelombang besar transformasi digital nasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengambil langkah strategis dengan mewajibkan seluruh program studi mengintegrasikan pembelajaran kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) ke dalam kurikulum. Kebijakan ini menjadi bukti konkret komitmen UMY dalam menyiapkan lulusan dari berbagai disiplin ilmu agar siap bersaing di era teknologi dan otomasi global.
Kebijakan tersebut kembali ditegaskan oleh Rektor UMY, Prof. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc., dalam acara Digistar Connect: Building 113,000 Next Generation AI Talents for Indonesia’s Future, yang berlangsung di Gedung Djarnawi Hadikusuma E8 Lantai 5 UMY, pada Kamis (23/10). Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara UMY, Telkom Indonesia, dan Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia untuk memperkuat ekosistem talenta muda di bidang Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT).
Dalam sambutannya, Prof. Nurmandi menegaskan bahwa penguasaan teknologi AI kini menjadi keterampilan wajib bagi seluruh mahasiswa, bahkan untuk bidang-bidang yang selama ini dianggap konvensional. “Semua program studi wajib memiliki mata kuliah AI sebanyak 2 SKS. Ini sangat penting, termasuk untuk mahasiswa Kedokteran Gigi,” tegasnya.
Ia menambahkan, integrasi AI dalam kurikulum bukan sekadar mengikuti tren, tetapi merupakan investasi keilmuan jangka panjang yang akan menentukan daya saing lulusan UMY di masa depan. “Kampus tidak boleh terlambat mengadopsi teknologi, karena AI sudah masuk ke hampir semua sektor kehidupan manusia,” ujarnya.
Penerapan teknologi AI di lingkungan UMY sudah mulai diimplementasikan, salah satunya dalam layanan medis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) UMY. Melalui teknologi berbasis kamera dan sistem data, dokter kini dapat mencetak gigi tiruan dengan presisi tinggi tanpa melalui proses manual yang memakan waktu lama. “Teknologi ini meningkatkan efisiensi dan ketepatan layanan medis,” jelas Nurmandi.
Selain itu, laboratorium bedah jantung UMY juga telah menerapkan sistem IT untuk membantu mendeteksi sumbatan pada pembuluh darah secara akurat.
“Perkembangan ini menunjukkan bahwa AI telah menjadi bagian penting dari berbagai profesi, bukan hanya bidang sains atau teknik. Karena itu, mahasiswa perlu memahami prinsip dasar teknologi tersebut sejak di bangku kuliah agar tidak tertinggal dalam persaingan global,” tambahnya.
Prof. Nurmandi juga menekankan pentingnya mahasiswa untuk belajar langsung dari praktisi, tokoh industri, dan ilmuwan agar memiliki gambaran nyata tentang penerapan AI di dunia profesional. “Manfaatkan kuliah umum seperti ini sebaik-baiknya. Anda bisa belajar langsung bagaimana AI memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Banyak peluang yang bisa dimanfaatkan dari keberadaan AI untuk membantu kehidupan kita,” pesannya.
Ke depan, UMY bersama Telkom Indonesia akan mengembangkan kerja sama strategis di bidang AI dan teknologi informasi yang akan terintegrasi dengan kurikulum. Langkah ini diharapkan mampu menciptakan sinergi antara dunia akademik dan industri guna memperkuat kesiapan generasi muda menghadapi era industri berbasis teknologi. (NF)