Pembaca yang kreatif, John C Maxwell mengatakan kalau visi tidak membuat Anda membayar sesuatu, maka itu sama dengan melamun. Hal ini saya sampaikan ketika diminta mengisi materi kepemimpinan organisasi pada Forum Kewaspadaan Diri Masyarakat (FKDM) Kota Yogyakarta pada Sabtu (5/10) dengan fasilitator dari Kantor Kesatuan Bangsa Kota Yogyakarta.
Kita bisa dan sering menjumpai seseorang yang ingin mendapatkan hasil dari tujuan yang sudah ditetapkannya. Oleh karena itu dia seharusnya memiliki kerelaan dalam bentuk waktu, pikiran, tenaga, ataupun biaya dalam mencapai itu. Yang pertama adalah kerelaan waktu. Seorang pegawai memiliki modal waktu yang sama yakni 24 jam sehari. Mengapa hasil pekerjaan bisa berbeda? karena kerelaannya berbeda. Jika waktu pulang kantor tersisa 30 menit, seorang pegawai akan melanjutkan besok lagi karena menganggap 30 menit adalah waktu yang tanggung. Namun sebagian lagi memiliki keyakinan, bahwa 30 menit adalah waktu yang bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Kerelaan dalam pikiran adalah ketika seseorang terus berusaha memberikan konsumsi positif pada pikirannya dalam usaha menyelesaikan target. Cibiran dan anggapan miring tidak membuat dia gagal move on dengan semuanya. Fokusnya bagaimana yang dia kerjakan itu bisa selesai semaksimal mungkin sebelum esok hari. Bukankah usaha yang sungguh-sungguh akan memberikan hasil yang sungguh-sungguh pula? Dia selalu menyaring pikirannya terhadap kata-kata negatif dengan cara mengabaikan sesuatu yang tidak penting karena masih ada prioritas yang perlu dipikirkan. Karena hal itu pasti memerlukan dukungan dan kekuatan positif.
Pembaca yang kreatif, yang ketiga adalah kerelaan dalam bentuk tenaga. Orang ini suka rela membantu orang dengan tidak segan menggangkat kursi, mengatur meja, dan membantu merapikan berkas kantor. Refleks otomatis dalam membantu orang sudah menjadi kesenangan sendiri. kerelaan ini sangat terlihat ketika orang itu aktif dalam kegiatan keagamaan, serta aktivitas social dan kemasyarakatan di lingkungannya. Bahkan menjadi pengurus RT atau RW yang belum tentu orang mau menerima jabatan (keadaan) itu. Sebagian akan merasa disusahkan dengan mengurusi berbagai permasalahan warga. Namun ketika orang memahami bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat maka kepeduliannya akan bisa mengalahkan ego pribadinya.
Sementara itu, kerelaan biaya dapat terlihat ketika seseorang rela berbagi harta yang dimilikinya untuk membantu sesama. Dengan cara menyisihkan dananya untuk pembangunan rumah ibadah maupun sekolah serta mengalokasikan dananya untuk memberikan beasiswa kepada pelajar miskin atau yang membutuhkan. Apalagi dana itu untuk orang yang belajar menuntut ilmu, juga mahasiswa yang kehabisan bekal dalam studinya.
Pembaca yang kreatif, agar selalu bisa menumbuhkan kerelaan dalam hidup ini satu lantunan syair yang inspiratif dari Adera dapat memberikan penguatan:
“Bila ingin hidup damai di dunia, bahagialah dengan apa yang kau punya. Walau hatimu merasa semua belum sempurna sebenarnya kita sudah cukup semuanya. Bila dunia membuatmu kecewa karena semua cita-citamu tertunda, percayalah segalanya telah diatur semesta agar kita mendapatkan yang terindah. Impianmu terbangkanlah tinggi, tapi selalu pijakkan kaki dibumi. Senyumlah kembali, bahagiakan hari ini, buatlah hatimu bersinar lagi. Bila ingin lebih damai di dunia berbagilah bahagia yang telah kau punya. Kini hatimu terasa semua lebih sempurna, karena kau hidup dengan seutuhnya. Impianmu ter bangkanlah tinggi, tapi selalu pijakkan kaki dibumi. Senyumlah kembali, bahagiakan hari ini, buatlah hatimu bersinar lagi."
Berikanlah kerelaan dari yang bisa dan mampu Anda lakukan. Tentunya semuanya tak akan pernah sia-sia. Sehat dan sukses selalu.
Tulisan ini dimuat di harian Republika tanggal 11 Oktober 2019 di Rubrik Inspira halaman 13.