Oleh: Prof. Dr. Ir. Ambar Rukmini, M.P., Dosen Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta
Peringatan Hari KORPRI tahun 2025 kembali menjadi momentum refleksi bagi seluruh aparatur sipil negara untuk meneguhkan jati diri sebagai pelayan publik, tak terkecuali Dosen. Dengan tema “Bersatu, Berdaulat, Bersama KORPRI dalam Mewujudkan Indonesia Maju”, peringatan ini tidak sekadar seremonial tahunan, tetapi memberikan ruang refleksi mendalam bahwa KORPRI memiliki peran strategis dalam menentukan arah perubahan birokrasi Indonesia. Di tengah derasnya tuntutan masyarakat yang semakin kritis, perkembangan teknologi yang cepat, serta dinamika sosial-politik yang kian kompleks, KORPRI dituntut tidak hanya loyal, tetapi juga adaptif, inovatif, dan berintegritas. Dalam konteks pendidikan tinggi, dosen bukan hanya tenaga pendidik, tetapi juga agen perubahan, penggerak literasi, dan penjaga nalar publik. Karena itu, perayaan ini bukan sekadar seremoni, melainkan momentum untuk mengevaluasi kontribusi dan tantangan yang dihadapi dosen sebagai bagian integral dari aparatur negara.
Selama ini, profesi dosen identik dengan tiga pilar utama: pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Namun di era transformasi digital dan globalisasi pengetahuan, ketiga pilar itu tidak lagi bisa dijalankan dengan pendekatan konvensional. Dosen ASN dituntut tidak hanya menguasai kompetensi akademik, tetapi juga adaptif terhadap perkembangan teknologi, mampu membangun jejaring global, dan tetap menjunjung tinggi integritas sebagai pelayan publik. Inilah titik temu profesi dosen dengan semangat Hari KORPRI 2025: bagaimana bersatu dalam visi, berdaulat dalam keilmuan, dan berkontribusi nyata bagi kemajuan Indonesia.
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan, big data, dan platform pembelajaran digital telah mengubah wajah pendidikan tinggi secara drastis. Dosen yang mampu memanfaatkan teknologi akan mampu menciptakan pembelajaran yang lebih efektif, interaktif, dan personal. Namun, perubahan cepat ini juga menghadirkan tantangan baru seperti kesenjangan literasi digital, resistensi terhadap metode baru, hingga tekanan administratif yang masih membelenggu banyak dosen. Tanpa dukungan kebijakan kelembagaan yang memadai, transformasi pendidikan tidak akan berjalan optimal. Maka, KORPRI di lingkungan perguruan tinggi harus menjadi penghubung antara aspirasi dosen dan kebijakan sistemik yang mendukung tata kelola pendidikan yang lebih progresif.
Selain itu, dosen ASN juga memegang peran penting dalam menjaga merdeka berpikir di kampus. Nilai “berdaulat” dalam tema KORPRI 2025 dapat dimaknai sebagai kemandirian intelektual yang harus dijaga oleh setiap dosen. Kampus adalah ruang untuk bertukar pikiran secara konstruktif, bukan medan intervensi politik. Keteguhan dosen dalam menjaga objektivitas ilmiah menjadi benteng penting terhadap polarisasi sosial dan penyebaran informasi yang tidak akurat. Apalagi di era digital, ketika opini dapat dengan cepat menggantikan fakta, peran dosen sebagai penjaga kebenaran ilmiah menjadi semakin vital.
Dalam ranah penelitian, dosen ASN menghadapi tantangan yang tidak ringan. Keterbatasan pendanaan, birokrasi yang panjang, hingga disparitas fasilitas antar kampus masih menjadi hambatan. Namun, justru di sinilah dibutuhkan semangat “bersatu” sebagaimana tema peringatan tahun ini. Kolaborasi lintas institusi, lintas disiplin, dan lintas negara menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas riset Indonesia. Dosen harus melihat penelitian bukan sekadar beban administratif untuk kenaikan jabatan, tetapi sebagai kontribusi nyata bagi pembangunan bangsa.
Sementara itu, dalam pengabdian masyarakat, dosen ASN dituntut lebih peka terhadap masalah nyata di lapangan. Desa, UMKM, sekolah, dan komunitas lokal menjadi ruang yang membutuhkan sentuhan keilmuan untuk meningkatkan literasi, produktivitas, dan kesejahteraan. Pengabdian yang bersifat seremonial atau hanya formalitas laporan tidak lagi relevan. Dosen harus hadir secara substantif, menghadirkan solusi berbasis ilmu dan teknologi yang memberi dampak konkret.
Pada akhirnya, Hari KORPRI 2025 mengajak seluruh dosen ASN untuk menegaskan kembali jati diri sebagai intelektual pelayan publik. Dengan profesionalisme, integritas, dan semangat inovasi, dosen dapat menjadi motor penting dalam mencetak generasi unggul dan mempercepat transformasi bangsa. Jika nilai “bersatu” dan “berdaulat” benar-benar dihayati, maka pengabdian dosen bukan hanya untuk kampus, tetapi untuk Indonesia yang lebih maju, kritis, dan berdaya saing global.