Akuntansi modern telah mengalami kemajuan pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan globalisasi. Metode pembelajaran akuntansi pun harus beradaptasi dengan perubahan ini, tetapi juga harus memperhatikan kearifan lokal dan budaya Mataram Jawa. Hal ini disampaikan oleh Nisfatulizzah, S.E., M.A. yang merupakan dosen Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Widya Mataram (UWM) di Kampus Terpadu UWM, Banyuraden, Gamping, Sleman pada Jumat (7/7).
Namun, dalam mengembangkan metode pembelajaran ini, penting untuk tetap memperhatikan kearifan lokal dan budaya Mataram Jawa. Mataram Jawa memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang unik, yang tercermin dalam sistem nilai dan tata nilai yang dianut oleh masyarakat setempat. Dalam pembelajaran akuntansi, penting untuk menghormati dan memahami nilai-nilai budaya ini. “Salah satu cara untuk memperhatikan kearifan lokal budaya Mataram Jawa dalam metode pembelajaran akuntansi adalah dengan mengintegrasikan contoh-contoh dan studi kasus yang relevan dengan lingkungan budaya setempat,” katanya.
Untuk mendalami hal ini, Nisfatulizzah melakukan kunjungan kepada Romo Pramutomo, yang merupakan cucu KRT Wiroguno, seniman Keraton Yogyakarta yang menciptakan Gendhing Prabu Mataram. Nisfatulizzah melakukan wawancara dengan Romo Pramutomo di ruang arsip pribadi milik kakeknya di Jl Kadipaten Selatan. Tempat tersebut pernah digunakan sebagai Kantor Pemerintahan Putra Mahkota. “Melalui wawancara ini banyak didapatkan banyak ilmu tentang Tata Usaha,” ungkap Nisfatulizzah.
“Dalam rangka memperhatikan kearifan lokal budaya Mataram Jawa, kolaborasi dengan komunitas lokal, akuntan profesional, dan tokoh masyarakat juga dapat dilakukan. Melibatkan mereka dalam proses pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran akan membantu mengakomodasi nilai-nilai budaya setempat dalam konteks akuntansi modern,” pungkasnya.
Humas@UWM