Dosen sebagai Amal Perjuangan: Pesan Tegas Rektor UMY dalam Baitul Arqam

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc., menegaskan bahwa peran dosen di lingkungan perguruan tinggi Muhammadiyah harus dilandasi oleh niat beramal dan berjuang, bukan sekadar mencari materi. Menurutnya, dosen Muhammadiyah merupakan pelaksana dakwah berbasis ilmu pengetahuan, sehingga tugas akademik tidak boleh dijalankan dengan mentalitas transaksional.

Hal tersebut disampaikan dalam agenda Baitul Arqam bagi dosen baru UMY yang diselenggarakan oleh Direktorat Al-Islam dan Kemuhammadiyahan pada Senin sore (24/11). Program ini menjadi ruang pembinaan ideologis sekaligus penguatan karakter profesional bagi para pendidik sejak awal masa pengabdian.

Dalam materi bertajuk Membumikan Risalah Islam Berkemajuan, Nurmandi menekankan bahwa orientasi dosen harus melampaui kepentingan pribadi. Ia menegaskan bahwa tugas mengajar, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat merupakan bagian dari amal shalih yang bernilai ibadah.

“Kalau niatnya hanya mencari gaji, itu jauh dari nilai dakwah. Dosen Muhammadiyah harus berniat berjuang. Urusan materi akan mengikuti ketika kita bekerja dengan integritas dan nilai sebagai akademisi,” tegasnya.

Ia menyoroti pentingnya integritas moral dan komitmen yang konsisten dalam menjalankan tugas akademik. Profesionalisme, menurutnya, tidak hanya diukur dari kemampuan intelektual, tetapi juga dari ketulusan dalam memberikan manfaat.

“Kalau kita menuntut fasilitas dulu baru mau bekerja, berarti kita tidak sedang beramal. Amal itu dimulai dari memberi, bukan menunggu,” ujarnya.

Guru Besar bidang ilmu pemerintahan tersebut juga menekankan pentingnya peningkatan kualitas dosen sebagai bagian dari amal perjuangan. Para dosen baru didorong memiliki peta jalan karier yang jelas: menyelesaikan pendidikan doktoral, meraih jabatan fungsional, memperkuat jejaring internasional, serta produktif dalam riset dan publikasi ilmiah.

Menurutnya, mutu akademik bukan sekadar kebutuhan administratif, melainkan kontribusi nyata terhadap umat dan peradaban. “Kalau ingin menjadi dosen yang bermanfaat, kualitas tidak boleh berhenti. Publikasi, riset, dan jaringan internasional harus terus digencarkan karena semua itu bagian dari perjuangan,” tambahnya.

Di tengah realitas masyarakat yang semakin plural, Nurmandi juga menekankan pentingnya sikap inklusif dan kemampuan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Ia menegaskan bahwa Islam mengajarkan umat untuk menjalin kemitraan, berinteraksi secara baik, dan membuka ruang dialog dengan siapa pun. Dengan pengalaman UMY dalam kerja sama internasional di berbagai negara, nilai-nilai tersebut harus menjadi karakter yang melekat dalam diri setiap dosen.

Melalui Baitul Arqam, UMY berharap para dosen baru tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga menjadi pendidik berkarakter yang meneguhkan identitas keislaman dan komitmen dakwah berkemajuan. (ID)


BAGIKAN