Pembuatan biopori dilakukan dengan menggali tanah sedalam kurang lebih satu meter, kemudian dipasang pipa PVC berlubang sebagai media resapan. Lubang tersebut diisi sampah organik rumah tangga, seperti dedaunan kering, yang nantinya akan terurai menjadi kompos alami.
Warga Kadisoro menyambut baik kegiatan ini. Menurut Rahmat Saleh, S.E., M.Ec.Dev., selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), inovasi biopori dengan paralon ini cukup sederhana namun bermanfaat besar. “Selain mengurangi kebiasaan membakar sampah, biopori juga membantu tanah lebih cepat menyerap air hujan sehingga bisa mengurangi potensi genangan,” jelasnya.
Senada dengan itu, Koordinator KKN Dusun Kadisoro, Basuki Pantara, yang didampingi oleh Dukuh Kadisoro, menambahkan bahwa program ini dirancang sebagai solusi nyata atas permasalahan sampah organik. “Dengan adanya biopori paralon, dedaunan yang biasanya dibakar bisa dimanfaatkan menjadi pupuk alami yang berguna untuk tanaman warga,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa berharap kesadaran warga terhadap pengelolaan sampah organik semakin meningkat, sekaligus menjadi contoh inovasi lingkungan yang dapat diterapkan di dusun lain di wilayah Gilangharjo maupun Bantul. (doc)