Di era digital yang berkembang pesat, kemampuan memahami dan memanfaatkan teknologi tidak lagi menjadi monopoli mahasiswa jurusan teknik atau informatika. Kini, hampir semua bidang dituntut untuk beradaptasi dengan transformasi digital. Kondisi ini mendorong setiap individu untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta solusi berbasis inovasi.
Kesadaran inilah yang mendorong Arif Reksa Pambudi, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), mengikuti program Google Student Ambassador (GSA). Dari lebih dari 12.000 pendaftar di seluruh Indonesia, Arif berhasil lolos seleksi dan menjadi satu-satunya perwakilan dari UMY dalam program bergengsi tersebut.
Program GSA merupakan inisiatif global Google yang bertujuan melatih mahasiswa agar menjadi duta teknologi di kampus masing-masing, sekaligus menjembatani inovasi digital antara Google dan lingkungan akademik.
Meski mayoritas peserta berasal dari latar belakang teknologi, Arif hadir sebagai mahasiswa hukum, bidang yang selama ini dianggap jauh dari dunia digital. Namun baginya, keterlibatan dalam program ini merupakan langkah strategis untuk menyatukan dua bidang yang saling membutuhkan.
“Banyak yang menganggap teknologi tidak relevan dengan hukum, padahal dunia profesional saat ini sangat bergantung pada pemahaman digital. Isu seperti sengketa digital, perlindungan data pribadi, hingga smart contract semuanya membutuhkan wawasan teknologi. Karena itu, saya merasa perlu mempelajarinya dan ikut mengedukasi masyarakat,” ungkap Arif, Jumat (16/10).
Selain aktif di bidang hukum, Arif juga terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat desa dan pertanian berkelanjutan. Ketertarikannya terhadap isu-isu pedesaan inilah yang ia bawa ke dalam gagasan bertajuk “Pemuda Desa, Inovasi Teknologi untuk Desa” pada seleksi GSA, di mana ia menekankan pentingnya peran mahasiswa sebagai agen transformasi digital hingga ke pelosok.
“Saya percaya pemuda desa bisa menjadi agen perubahan. Mahasiswa dapat membawa teknologi ke desa, mengelola sumber daya lokal agar bernilai tambah, dan hasilnya bisa dibawa kembali ke kota. Jadi bukan hanya kota yang mengajari desa, tapi desa juga bisa memberi kontribusi besar lewat inovasi,” jelasnya.
Sebagai Google Student Ambassador, Arif kini memegang tiga tanggung jawab utama: Edukasi, komunitas, dan inspirasi. Ia berperan sebagai jembatan pengetahuan antara Google dan mahasiswa, memperkenalkan berbagai teknologi seperti AI, digital marketing, hingga Google Workspace kepada civitas academica.
Lebih lanjut, Arif tengah menyiapkan inisiatif bertajuk “UMY Tech Mover”, sebuah wadah kolaboratif bagi mahasiswa untuk belajar sekaligus berinovasi. Program ini akan mencakup workshop, kompetisi, dan showcase proyek digital yang dapat diterapkan secara langsung bagi masyarakat.
“Saya ingin menciptakan kegiatan yang tidak berhenti di seminar saja, tetapi benar-benar berdampak. Mahasiswa akan belajar menggunakan teknologi Google untuk menyelesaikan masalah nyata seperti digitalisasi UMKM atau promosi wisata desa. Generasi muda jangan hanya jadi pengguna teknologi, tapi jadilah pencipta solusi dengan teknologi,” tutup Arif.
(NF)