Maraknya berita hoax di media sosial perlu menjadi perhatian bersama. Tak hanya bagi pemerintah, masyarakat pun dituntut untuk lebih berhati-hati dalam menerima dan menyebarluaskan suatu berita. Di era yang kini serba teknologi dan media sosial, berbagai informasi tersebar dengan mudahnya.
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora (Feishum) Universitas `Aisyiyah Yogyakarta mengadakan acara diskusi ilmiah dengan tema saring sebelum sharing di Hall 4 Baroroh Barried, Kamis (23/5).
Dalam sambutanya Taufiqur Rahman, SIP., MA., Ph.D selaku Wakil Rektor I mengungkapkan kini semua orang bisa menjadi ahli untuk memberikan informasi. Menurutnya, banyak orang yang memiliki ilmu yang sedikit namun memiliki kemampuan dalam memanipulasi media. Hal inilah yang terjadi di media sosial sekarang ini. Ia pun berkomentar soal aktivitas media sosial yang beberapa hari ini dikontrol oleh pemerintah
“Saring sebelum Sharing, jadi hal yang penting untuk mencegah peredaran berita hoax, beberapa hari ini situasi politik cukup menghangat hingga pemerintah perlu ambil langkah dalam menyaring informasi salah satunya dengan aktivitas media sosial yang dibatasi agar isu politik tidak makin memanas,” kata Taufiq.
Hoax menjadi fatal ketika mampu membahayakan nyawa seseorang. Devi Rahmawati, Ketua Program Studi Komunikasi Vokasi UI, salah seorang narasumber dalam diskusi memaparkan, hoax di bidang kesehatan punya peluang mengancam nyawa seseorang. Ia mencontohkan seperti beberapa waktu lalu yang muncul pernyataan bahwa vaksin itu haram.
“Ini bisa menyebabkan seseorang meninggal, vaksin itu sebenarnya berguna untuk daya tahan tubuh seseorang. Bagaimana Indonesia mau maju kalau masyarakatnya tidak sehat?” katanya.
Tak hanya itu, menurutnya, masyarakat punya kecenderungan untuk menyebarkan suatu berita yang dinilai emosional. Hal ini bertujuan agar ia bisa berbagi apa yang dirasakannya saat membaca berita tersebut.
Amelita Lusia, Pengajar Bidang Peminatan Hubungan Masyarakat Program Vokasi UI, memaparkan bahwa dalam sehari, seseorang menggunakan 8 jam untuk menggunakan internet, dan 3 jam diantaranya digunakan untuk membuka media sosial. Padahal menurutnya, media sosial menjadi salah satu tempat yang kerap ditemui berita hoax.
“Ini perlu jadi perhatian bagi pemerintah Indonesia. Mungkin salah satu dari kita pernah baca, atau malah pernah menyebarkan berita hoaks,” ujarnya.
Masyarakat perlu berhati-hati dalam mempercayai suatu berita, terutama di bidang sosial-politik. Pasalnya, tak sedikit pihak tak bertanggung jawab yang menuliskan berita hoax di bidang tersebut.
“Sekarang, orang tidak lagi cari kebenaran, tapi orang juga cari dukungan terhadap keyakinan yang dipercayainya,” kata Reska Herlambang, perwakilan dari Televisi Republik Indonesia (TVRI).