Perkuat Ekonomi Kerakyatan, UMY Jadi Pionir Pendampingan Koperasi Desa Merah Putih di DIY

Upaya memperkuat ekonomi masyarakat melalui sistem koperasi kini mendapat dukungan nyata dari kalangan akademisi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjadi perguruan tinggi pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terlibat langsung dalam pendampingan program Koperasi Desa Merah Putih, sebuah inisiatif nasional yang diinisiasi pemerintah untuk memperkuat ekonomi kerakyatan melalui penataan dan standardisasi koperasi di tingkat desa.

Dalam pelaksanaannya, UMY ditunjuk oleh Dinas Koperasi dan UKM DIY sebagai mitra akademik utama dan model pelaksanaan pengabdian masyarakat berbasis kemitraan dengan Koperasi Desa Merah Putih di seluruh wilayah DIY.

Menurut Dr. drg. Laelia Dwi Anggraini, Sp.KGA, Kepala Subdirektorat Pengabdian Dosen UMY, sebagian besar perguruan tinggi di DIY baru akan memulai pendampingan koperasi pada tahun 2026 melalui program KKN. Namun, UMY menjadi kampus pertama yang siap melaksanakan pendampingan pada tahun ini melalui skema pengabdian dosen.

“Kami mendapat arahan langsung dari Rektor dan Wakil Rektor agar pengabdian dosen tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga menjalin kemitraan strategis dengan dunia usaha dan industri. Salah satu mitra potensial yang kami jalin kerja sama adalah Dinas Koperasi DIY,” jelas Laelia saat diwawancarai, Jumat (17/10).

Melalui koordinasi bersama Dinas Koperasi DIY, UMY berkomitmen untuk mendampingi 20 Koperasi Merah Putih yang tersebar di lima kabupaten/kota, yaitu Gunungkidul, Bantul, Kulon Progo, Sleman, dan Kota Yogyakarta. Dari sekitar 400 koperasi Merah Putih di DIY, sebagian besar masih belum memperoleh pendampingan akademik maupun manajerial secara berkelanjutan.

Laelia menjelaskan, setiap koperasi yang didampingi akan mendapatkan bimbingan langsung dari dosen lintas disiplin di UMY, terutama dalam bidang manajerial, pemasaran, dan pengemasan produk UMKM.

“Koperasi Desa Merah Putih sebenarnya sudah berjalan, tetapi masih memerlukan penguatan dalam aspek manajemen dan profesionalitas. UMY hadir untuk membantu dari sisi manajerial, pengelolaan usaha, hingga packaging produk UMKM agar lebih kompetitif,” tambahnya.

Selain memberikan dampak nyata bagi masyarakat, program ini juga menjadi bagian dari sistem pengabdian dosen terukur di UMY. Setiap dosen pengabdi diwajibkan menghasilkan lima luaran utama, yakni publikasi jurnal internasional, artikel media massa, video dokumentasi, laporan akhir, serta presentasi hasil di konferensi internasional UMY.

Untuk mendukung kegiatan tersebut, masing-masing dosen memperoleh dana pengabdian sebesar Rp12 juta, di mana 35 persen di antaranya dialokasikan untuk luaran akademik.

“Tujuan besar Koperasi Desa Merah Putih adalah menciptakan penstandaran harga dan memperkuat posisi tawar masyarakat desa terhadap pasar. Ini langkah strategis, dan kami ingin UMY hadir memberikan kontribusi nyata melalui keilmuan dosen dan riset terapan,” ujar Laelia.

Ia berharap, jika tahap awal pendampingan 20 koperasi ini berjalan sukses, jumlah dosen yang terlibat dapat meningkat signifikan pada tahun berikutnya. Saat ini, baru 20 dosen dari total 735 skema pengabdian yang berpartisipasi, dan tahun depan ditargetkan meningkat menjadi seratus dosen atau lebih.

Ke depan, UMY berencana mengadakan peluncuran resmi Program Pengabdian Koperasi Desa Merah Putih bersama Dinas Koperasi DIY. Pihak universitas juga tengah mengupayakan agar acara tersebut dapat diresmikan langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, sebagai bentuk dukungan simbolik atas peran perguruan tinggi dalam memperkuat perekonomian kerakyatan. (ID)


BAGIKAN