Beberapa minggu terakhir Yogyakarta kembali dipermasalahkan dengan persoalan sampah. Tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) yang berada di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul saat ini kembali over capacity. TPST Piyungan melayani pemrosesan akhir sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman sejak tahun 1996. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang telah mencapai kapasitas penuh menjadi masalah serius. Bukan hal yang mudah untuk mencari lokasi TPA baru karena harus melalui kajian teknis dan sosial terutama kesulitan memperoleh ijin dari masyarakat setempat. Hal ini disampaikan oleh Masrul Indrayana, S.T., M.T. yang merupakan Ketua Program Studi (Kaprodi) Teknik Industri (TI) Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Widya Mataram (UWM) pada Jumat (28/7) di Gedung FST UWM, Kampus I UWM, Dalem Mangkubumen, Yogyakarta.
Untuk mengatasi masalah penutupan TPA dan TPS, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam menerapkan solusi pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Langkah sederhana yang dapat diambil adalah menerapkan program daur ulang dan pengurangan sampah. Masyarakat perlu diedukasi tentang pentingnya meminimalkan volume sampah sejak dari rumah.
Lebih lanjut, Dosen Prodi TI UWM ini menambahkan bahwa selain masyarakat, unit usaha produksi juga memberikan peranan penting dalam meminimalkan penggunaan kemasan plastik. Meminimalkan produk-produk plastik bervolume kecil dapat dilakukan dengan mengubah bentuk yang nir-plastik. “Penggunaan produk-produk curah adalah salah satu cara efektif untuk mengurangi penggunaan sampah plastik. Produk curah adalah produk yang dijual tanpa kemasan dan pelanggan membawa wadah sendiri untuk mengambil jumlah produk yang mereka butuhkan. Manfaat yang diperoleh dari produk curah diantaranya mengurangi kemasan plastik, mengurangi sampah, efisiensi dan ekonomis, dan kesadaran lingkungan.Beberapa contoh produk curah yang umum adalah makanan kering seperti nasi, biji-bijian, kacang-kacangan, sabun, deterjen, minyak dan lain sebagainya,” kata Masrul.
Namun untuk menerapkan sistem produk curah dengan efektif diperlukan dukungan dari berbagai pihak termasuk produsen, pengecer dan konsumen. Produsen perlu mengemas dengan lebih bijak dan ramah lingkungan. “Pengecer harus menyediakan tempat yang aman dan higienis untuk pengisian ulang. Sementara konsumen perlu mendukung dan menerapkan kebiasaan belanja berkelanjutan untuk meminimalisir menghasilkan sampah,” tegasnya.
Humas@UWM