6 Langkah Membuat Cerita Untuk Mendukung Pesan Presentasi Anda Untuk Menciptakan Efek Emosi Bagi Audiens Anda

Cerita adalah kisah tentang sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang berubah seiring waktu. Sebuah cerita memiliki detail seperti karakter, tempat, dan kejadian.

Mengapa menggunakan cerita dalam presentasi ?

Hal ini karena cerita adalah sebuah bentuk bukti yang paling menarik yang dapat Anda gunakan dalam presentasi.

 

Misalnya, Anda diminta untuk memberikan presentasi tentang pinjaman uang kepada orang yang tidak mampu dimana audiensnya adalah orang-orang yang memiliki uang dan ingin berkontribusi untuk membantu kehidupan sesamanya.

Anda membuat pesan : “Memberikan pinjaman kepada orang yang tidak mampu dapat melepaskannya dari kemiskinan.”

Anda dapat mendukung pesan ini dengan sebuah contoh. Misalnya, “seorang yang kurang beruntung secara ekonomi mendapat pinjaman dan sekarang ia memiliki toko kelontong yang berkembang pesat.”

Tetapi, dengan mengubah contoh ini menjadi sebuah cerita, maka akan membuat bukti yang mendukung pesan Anda menjadi jauh lebih menarik.

Cerita juga merupakan cara terbaik untuk memasukkan emosi ke dalam presentasi Anda.

Anda dapat memasukkan emosi dengan menyampaikan sebuah cerita dimana karakter utama mengalami perjalanan emosional. Audiens Anda akan dapat memahami karakter tersebut. Oleh karena itu, kemungkinan besar audiens Anda juga akan mengalami emosi tersebut.

Sekarang mari kita lihat dimana Anda dapat menemukan cerita.

Ada empat tempat untuk mendapatkan cerita.

Pertama, dari pengalaman Anda sendiri. Jika Anda seorang ahli dalam topik yang Anda bicarakan, maka mungkin Anda memiliki pengalaman pribadi yang bisa Anda ubah menjadi sebuah cerita.

Kedua, dari orang lain yang Anda kenal. Jika Anda belum memiliki pengalaman pribadi, maka
kolega Anda mungkin memiliki pengalaman yang dengan izin mereka, Anda dapat menggunakan ceritanya.

Ketiga, dari internet dan media lain seperti TV, film, dan surat kabar. Selain Googling, Anda dapat secara aktif mencari cerita dengan memposting di Facebook atau Twitter untuk menanyakan apakah ada dari teman sosial media Anda yang memiliki cerita yang relevan dengan pesan presentasi Anda.

Keempat, imajinasi Anda. Jika Anda tidak dapat menemukan kisah kehidupan nyata dimana pun, maka Anda dapat mengembangkannya dengan cerita “hipotetikal”. Tentu saja, Anda perlu menjelaskan kepada audiens Anda bahwa cerita tersebut benar berupa hipotetikal. Strategi ini juga dapat berguna jika ada masalah kerahasiaan. Anda bisa mengembangkan cerita berdasarkan skenario nyata tetapi cukup mengubahnya, sehingga tidak ada yang bisa dikenali. Beri tahu audiens Anda bahwa ini adalah cerita hipotetikal berdasarkan skenario nyata.

Nah, itulah empat tempat untuk mencari cerita. Cerita terkadang muncul di kepala Anda, padahal sebenarnya Anda tidak benar-benar berusaha mencari cerita. Jadi bersiaplah, untuk mencatat ide cerita, ketika ide tersebut muncul, sehingga Anda tidak melupakannya.

Selanjutnya, mari kita lihat cara mengembangkan ide cerita Anda menjadi cerita yang lengkap.

Ada enam langkah untuk membuat cerita.

Saya akan mengilustrasikan setiap langkah tersebut dengan kisah Soga yang berbentuk hipotetikal yang berkaitan dengan presentasi tentang pinjaman uang kepada orang yang tidak mampu dimana audiens nya adalah orang-orang yang memiliki uang dan ingin berkontribusi untuk membantu kehidupan sesamanya.

Pada presentasi tersebut, misalnya pesan Anda adalah : “Memberikan pinjaman kepada orang yang tidak mampu dapat melepaskannya dari kemiskinan.”

Dan, Anda ingin mendukung pesan tersebut dengan menggunakan sebuah cerita.

Setiap langkah dalam cerita Soga hanyalah berupa kalimat yang pendek-pendek. Namun, pada langkah apa pun Anda dapat memasukkan lebih banyak detail, jika itu membantu menciptakan lebih banyak kejelasan dan membuat cerita menjadi lebih berkesan.

Langkah Membuat Cerita # 1 : Memperkenalkan Karakter Utama.

Cerita didasarkan pada orang-orang. Jadi, cari tahu siapa karakter utama dalam cerita dan perkenalkan mereka dulu. Berikan karakter Anda beberapa konteks. Misalnya, usia, pekerjaan dan lokasinya, sehingga audiens Anda dapat memvisualisasikannya. Detail inilah yang membuat cerita menjadi hidup.

Dalam cerita Soga, Anda dapat mengatakan :

“Saya akan menceritakan kisah Soga, seseorang kepala keluarga dari daerah terpencil.”

Langkah Membuat Cerita # 2 : Memulai Perjalanan.

Di sinilah sesuatu mulai terjadi pada karakter Anda. Ini insiden pertama yang membuat karakter utama berada di jalur yang baru. Perubahan dari rutinitas sehari-hari.

Dalam cerita Soga :

“Dalam sebuah kecelakaan, Soga kehilangan kedua tangannya.”

Langkah Membuat Cerita # 3 : Menghadapi Rintangan.

Rintangan adalah fondasi cerita Anda. Hal itu memberikan ketegangan pada cerita. Jadi, pada langkah ini, karakter utama menghadapi beberapa rintangan atau masalah. Beri tahu audiens Anda bagaimana masalah ini berdampak pada karakter utama cerita Anda. Emosi apa yang mereka rasakan ?

Dalam cerita Soga :

“Akibatnya, dia menjadi pengemis di jalanan. Dia merasa tidak berdaya dan putus asa.”

Langkah Membuat Cerita # 4 : Mengatasi Rintangan.

Beri tahu audiens bagaimana karakter utama mengatasi masalah atau rintangan yang mereka hadapi. Jelaskan perubahan atau transformasi yang terjadi. Bagaimana perasaan karakter Anda sekarang ?

Untuk cerita Soga :

“Tapi, kemudian dia bisa mendapatkan pinjaman kecil yang selanjutnya dibelikan barang-barang kebutuhan sehari-hari dan menjualnya. Dengan itu, dia mulai membuat perbedaan dalam hidupnya sendiri.”

Langkah Membuat Cerita # 5 : Menyelesaikan Cerita.

Beri tahu audiens hasil akhir cerita. Jika ada detail yang tersisa langkah sebelumnya yang belum terselesaikan, beri tahu audiens apa yang terjadi. Ini untuk memastikan audiens tidak berhenti memikirkan cerita Anda saat Anda melanjutkan ke pesan berikutnya.

“Dalam satu tahun, Soga memiliki toko kelontong yang berkembang pesat dan mampu menghidupi dirinya dan keluarganya.”

Langkah Membuat Cerita # 6 : Menghubungkan kepada Pesan.

Pada langkah ini, Anda membuat link kembali kepada pesan Anda, sehingga audiens Anda bisa melihat bagaimana ceritanya berkaitan dengan pesan Anda.

“Jadi bagi Soga, mendapatkan pinjaman adalah jalan untuk keluar dari kemiskinan.”

Demikianlah, 6 langkah membuat cerita yang dapat menciptakan efek emosi bagi audiens Anda sebagai bukti untuk mendukung pesan Anda.

Dalam presentasi Anda selanjutnya, ketika Anda ingin menggunakan cerita sebagai bukti, maka gunakan 6 langkah tersebut, sehingga pesan presentasi Anda dapat berdampak bagi audiens Anda.

Sumber:
https://erry-ricardo.com


BAGIKAN