Mahasiswa UMY Gagas Workshop Digital untuk Perkuat Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama

Di tengah meningkatnya isu intoleransi dan segregasi sosial, langkah kecil dari generasi muda dapat menjadi percikan perubahan besar. Semangat inilah yang diusung oleh Muhammad Widzar Mumtaz Syah, mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) angkatan 2024, melalui gagasan workshop digital lintas iman untuk memperkuat kerukunan umat beragama.

Widzar baru saja menorehkan prestasi membanggakan setelah berhasil menyelesaikan program GerakDampak Academy 2025, sebuah inisiatif dari Indika Foundation yang bertujuan melahirkan agen perubahan muda di bidang perdamaian dan toleransi lintas agama. Dari 673 pendaftar di seluruh Indonesia, hanya 30 peserta terbaik yang terpilih untuk mengikuti tahap akhir program, dan Widzar menjadi salah satunya.

“GerakDampak Academy mengajak anak muda untuk aktif memimpin nilai-nilai perdamaian dan toleransi di tingkat lokal hingga nasional,” ungkap Widzar dalam wawancara daring, Kamis (6/11).

Program GerakDampak Academy terdiri dari tiga tahapan utama, yakni Online Bootcamp, Intensive Course, dan Aksi Nyata. Pada tahap Intensive Course yang diselenggarakan di Wisma Hijau, Depok, para peserta mendapatkan pelatihan intensif selama lima hari (29 Oktober–2 November 2025) bersama mentor dan praktisi profesional di bidang perdamaian sosial serta kepemimpinan lintas agama.

“Pesertanya datang dari berbagai daerah dan latar belakang akademik. Keberagaman itu memperkaya pengalaman kami dalam memahami realitas sosial Indonesia yang majemuk,” tambah Widzar.

Setelah menyelesaikan pelatihan, Widzar kini bersiap mengimplementasikan proyek Aksi Nyata di Yogyakarta pada akhir November mendatang. Ia menggagas mini workshop lintas iman yang akan mempertemukan pemuda dari berbagai latar belakang agama. Workshop ini akan berfokus pada pembuatan kampanye digital bertema kerukunan antarumat beragama, terinspirasi oleh falsafah Jawa “Memayu Hayuning Bawana”, berbuat baik untuk menjaga harmoni dunia.

“Tujuan utama proyek ini adalah mengedukasi masyarakat agar memahami bahaya segregasi sosial yang bisa menimbulkan prasangka dan konflik antar kelompok,” jelasnya.

Melalui workshop tersebut, peserta akan berdialog, berkolaborasi membuat konten digital, dan mengembangkan narasi damai yang menggambarkan keberagaman sebagai kekuatan bersama, bukan perbedaan yang memisahkan.

Bagi Widzar, keterlibatannya dalam GerakDampak Academy bukan sekadar prestasi pribadi, melainkan bentuk tanggung jawab sosial. Ia meyakini bahwa generasi muda memiliki peran vital dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih toleran dan inklusif. “Melalui program ini, kami diajak untuk mengaktifkan potensi anak muda sebagai agen perubahan nyata, melalui refleksi, diskusi, dan aksi langsung di lapangan,” ujarnya penuh semangat.

Kehadiran Widzar sebagai perwakilan UMY dalam program nasional ini menjadi bukti nyata komitmen kampus dalam mencetak lulusan yang unggul secara akademik sekaligus berjiwa sosial tinggi. Semangat muda, bergerak, dan berdampak yang diusung Widzar diharapkan dapat menginspirasi mahasiswa lain untuk turut ambil bagian dalam memperkuat kerukunan dan kedamaian di masyarakat. (FU)


BAGIKAN