Sebanyak 26 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) resmi diberangkatkan ke Kairo, Mesir, pada Senin (13/10) untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional. Ini merupakan kali kedua UMY menggelar pengabdian masyarakat di Mesir, dengan membawa sejumlah program kerja (proker) yang lebih terstruktur dan berfokus pada isu unik.
Para mahasiswa yang akan berangkat ke Kairo ini berasal dari berbagai program studi di UMY, yaitu Hubungan Internasional, Ilmu Ekonomi, Ilmu Hukum, Pendidikan Agama Islam, dan Pendidikan Bahasa Arab. Mereka akan mengabdi di sejumlah lembaga strategis, meliputi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah/‘Aisyiyah (PCIM/A) Mesir, dan Sekolah Indonesia Kairo (SIK).
Ketua Umum Tim KKN Internasional Kairo UMY 2025, Muhammad Muhaimin Ramdani, mengungkapkan bahwa terdapat beberapa perbedaan mendasar pada KKN tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya.
“Satu, strukturalnya beda banget. Terus yang kedua, ada beberapa program yang kami kerjakan bersama-sama dengan sistem rolling,” jelas Muhaimin saat diwawancarai di Yogyakarta International Airport, Kulon Progo, Senin siang (13/10).
Para mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok yang akan bertugas di tiga penempatan. Namun, mereka tidak akan menetap di satu lokasi saja. Selain itu, tahun ini juga akan diselenggarakan program festival budaya dengan struktur kepanitiaan tersendiri.
“Bedanya rolling-nya tidak yang full, tapi 3 hari, 6 hari. Agar memberi kesempatan yang sama, agar teman-teman bisa merasakan di KBRI seperti apa, dan di sekolah seperti apa,” tambahnya.
Meskipun persiapannya terkesan mendadak, yakni dua setengah bulan sebelum pelaksanaan, Muhaimin mengapresiasi semangat tinggi dari para peserta.
“Perasaan mereka luar biasa bahagia, dan semangat dari teman-teman KKN ini sangat kami apresiasi,” ujarnya.
Dari total kurang lebih 17 program kerja yang disiapkan di tiga lokasi penempatan, Muhaimin menyoroti dua program yang dianggap paling unik, baru, dan akan berdampak langsung ke masyarakat, khususnya pelajar Indonesia di sana.
“Setidaknya ada dua program unik dan baru dan tidak hanya program formal,” tegas Muhaimin.
Program pertama adalah proyek penulisan buku antologi. Mahasiswa KKN akan mengajak para siswa Sekolah Indonesia Cairo, terutama jenjang SMP dan SMA, untuk menulis jurnal kecil-kecilan. Output dari kegiatan ini adalah sebuah buku fisik berupa kumpulan artikel.
Sub-tema penulisan difokuskan pada tiga hal yakni kisah inspiratif siswa dalam mengaktualisasikan nilai pahlawan, nilai-nilai kebudayaan Indonesia, dan semangat mereka sebagai diaspora Indonesia untuk terus berkontribusi terhadap pembangunan negara melalui penyebaran kebudayaan.
“Bukunya nanti akan kami serahkan ke kampus dan ke Atase Pendidikan dan Kebudayaan di sana. Jadi kami melibatkan FLP (Forum Lingkar Pena) Mesir, Forum Kepenulisan, kemudian Kemenbud dan juga diplomat di KBRI, dan terakhir peserta dari kepenulisan,” paparnya.
Program unik kedua yang diangkat adalah terkait isu lingkungan, yaitu pemanfaatan minyak jelantah. Program ini diambil mengingat minyak jelantah adalah isu lingkungan yang pasti dihadapi oleh pelaku rumah tangga maupun mahasiswa. Sisa-sisa minyak akan diakumulasikan dan diolah menjadi produk bernilai, yakni lilin aromaterapi melalui praktik langsung.
Sebelumnya, pada hari dan kesempatan terspisah, dukungan positif terhadap penyelenggaraan KKN Internasional UMY ini juga datang dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo, Abdul Muta’ali, Ph.D.
Dalam kegiatan pelepasan yang dilaksanakan pada Jum’at (10/10) lalu, Muta’ali yang saat itu hadir secara daring mengapresiasi kehadiran mahasiswa UMY yang akan datang ke tanah Kairo. Ia pun menegaskan bahwa ini merupakan kali kedua Mesir dipercaya sebagai lokasi KKN Internasional UMY.
Tak hanya itu, Muta’ali juga menyampaikan bahwa para mahasiswa akan berkontribusi pada bidang Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia, sekaligus menegaskan bahwa UMY menjadi kampus pertama yang menginisiasi pengabdian di sektor tersebut.
“Kami menyambut baik partisipasi mahasiswa UMY. Program ini tidak hanya mempererat hubungan Indonesia–Mesir, tetapi juga menjadi langkah penting dalam diplomasi budaya melalui pendidikan,” ungkap Muta’ali. (FU)