Kuliah Kerja Nyata (KKN) LEX menjadi salah satu program unggulan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang berbeda dari KKN pada umumnya. Program ini lahir dari kolaborasi internasional antara UMY dan Singapore Polytechnic, di mana mahasiswa dari kedua institusi terjun langsung ke masyarakat untuk mengidentifikasi permasalahan sekaligus menghadirkan solusi yang aplikatif.
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN LEX, Idham Badruzaman, S.IP., M.A., Ph.D., menjelaskan bahwa metode yang diterapkan sangat menekankan aspek kolaborasi dan kebermanfaatan nyata. Mahasiswa yang tergabung dalam KKN LEX tidak sekadar berinteraksi dengan warga, tetapi juga ditantang menciptakan terobosan yang benar-benar sesuai kebutuhan lapangan.
“KKN LEX merupakan kerja sama antara UMY dengan Singapore Polytechnic. Proyeknya berangkat dari masalah nyata di masyarakat, lalu mahasiswa membuat solusi yang bisa langsung diterapkan. Ada tiga kelompok besar yang ditempatkan di Kelurahan Girikerto, Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Jadi total ada enam tim dengan fokus berbeda-beda,” jelas Idham saat diwawancarai dalam acara Student Fair 2025 pada Rabu (1/10) di Gedung Sportorium UMY.
Ia memaparkan, kelompok pertama ditempatkan di Dukuh Panco dengan fokus pada pengelolaan sampah plastik dan biogas. Kelompok kedua berada di Dukuh Kloposawit dengan proyek peternakan kambing dan hewan ternak, sementara kelompok ketiga di Dukuh Pelem mengembangkan pertanian salak berkelanjutan. Seluruh proyek, tegas Idham, tidak berhenti pada rancangan, melainkan diwujudkan dalam bentuk prototipe yang bisa diuji langsung di lapangan.
“Contohnya, di bidang pengelolaan sampah mahasiswa merancang alat daur ulang plastik berbasis mekanika sepeda yang bisa digunakan keluarga secara mandiri. Ada juga inovasi deteksi kehamilan kambing dengan test pack modifikasi khusus, serta produk kopi dari biji salak yang aromanya menyerupai kopi asli. Jadi hasilnya benar-benar nyata, bukan sekadar konsep,” tambahnya.
KKN LEX juga diperkenalkan kepada mahasiswa baru melalui booth khusus di Student Fair 2025. Booth ini menampilkan berbagai prototipe dan inovasi hasil program, sekaligus memberi informasi bagi mahasiswa yang berminat bergabung.
Kaiser Manolidis, mahasiswa Singapore Polytechnic yang turut serta dalam KKN LEX, menilai booth tersebut memudahkan mahasiswa baru UMY untuk melihat secara langsung wujud nyata proyek yang dikembangkan, sehingga lebih memahami manfaat program.
“Salah satu manfaat yang kami harapkan adalah pengunjung termotivasi mencoba sesuatu yang baru sekaligus memberi perubahan bagi orang lain. Walaupun fokus kami pada kelompok tertentu, seperti petani atau peternak, harapannya hasil proyek bisa benar-benar membantu satu desa secara menyeluruh,” ungkap Kaiser.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pengalaman di KKN LEX tidak hanya memperkaya pengetahuan teknis, tetapi juga membekali mahasiswa dengan keterampilan relevan untuk masa depan.
“Keterampilan semacam ini sangat penting, terutama saat kami melanjutkan kuliah atau memasuki dunia kerja. Jadi bukan hanya soal proyek yang dihasilkan, tetapi juga bagaimana kami tumbuh sebagai tim,” imbuhnya. (NF)