Inovasi Berkelanjutan: Membangun Masa Depan yang Adil dan Tangguh

Perubahan teknologi yang pesat, tantangan lingkungan hidup, serta ketimpangan sosial global menuntut hadirnya inovasi yang tidak hanya canggih, tetapi juga berkelanjutan dan inklusif. Oleh karena itu, penting bagi para peneliti untuk merancang inovasi yang tidak hanya menciptakan kemajuan teknologi, tetapi juga mempertimbangkan aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi secara menyeluruh.

Hal ini disampaikan oleh Assoc. Prof. Dr. Surat Teerakapibal dalam agenda The 9th International Conference on Sustainable Innovation (ICoSI) 2025 yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Rabu (6/8). Dalam sesi keynote speech, ia menekankan bahwa inovasi yang berkelanjutan bukan hanya menjadi tuntutan zaman, tetapi juga menjadi pilar penting dalam menciptakan masa depan yang lebih tangguh dan berkeadilan.

Terdapat tiga pilar utama yang perlu dipertimbangkan dalam merancang inovasi agar dampak yang dihasilkan benar-benar berkelanjutan. Surat menjelaskan bahwa ketiganya adalah dampak terhadap lingkungan, manfaat sosial, dan kelayakan ekonomi. Ketiganya tidak dapat dipisahkan dan merupakan komponen penting agar inovasi dapat terus berjalan dan diterima oleh masyarakat luas.

“Inovasi yang baik memang membutuhkan sumber daya, namun jangan sampai inovasi tersebut mengorbankan hak generasi mendatang atas sumber daya yang sama. Kita harus memastikan bahwa inovasi kita hari ini tidak hanya bermanfaat sekarang, tetapi juga bertahan untuk masa depan,” ujarnya.

Dosen di Thammasat University, Thailand, ini juga menyampaikan bahwa ia mengidentifikasi tiga kekuatan besar yang saat ini tengah membentuk arah pembangunan dunia. Ini mencakup disrupsi teknologi pasca-pandemi, perubahan demografi global, dan meningkatnya ketegangan geopolitik. Ketimpangan akses terhadap teknologi pun, menurutnya, berpotensi memperbesar jurang status sosial di masyarakat. Ini dikenal juga sebagai digital divide, yang terutama dengan adanya AI, dapat diperparah jika tidak ada intervensi kebijakan dari pemerintah.

Untuk merespons tantangan tersebut, Surat menegaskan pentingnya membangun inovasi berdasarkan pendekatan sistemik dan menyeluruh. Ia merumuskan lima prinsip panduan dalam membangun inovasi berkelanjutan, yaitu sistem berpikir holistik, keterlibatan seluruh pihak, regenerasi sumber daya, transparansi data, serta partisipasi dalam pengambilan keputusan.

“Inovasi berkelanjutan harus mempertimbangkan seluruh sistem, melibatkan semua pemangku kepentingan, dan menjamin bahwa manfaatnya dapat diakses secara adil oleh semua kelompok. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pembuat kebijakan untuk memberikan solusi yang tepat sasaran, sesuai dengan konteks budaya, usia, dan wilayah,” paparnya.

Surat pun mengungkapkan bahwa banyak orang, terutama generasi muda, mengaku peduli terhadap lingkungan dan ingin membuat pilihan yang lebih berkelanjutan. Namun, saat dihadapkan pada keputusan nyata, mereka tetap memilih kebijakan yang konvensional. Fenomena ini, menurut Surat, disebut sebagai neutralization techniques, yaitu mekanisme psikologis yang digunakan untuk membenarkan keputusan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut.

Ia menegaskan peran penting forum akademik dalam merumuskan masa depan inovasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga adil dan memberdayakan. (ID)


BAGIKAN