Pakar UMY: AI Tingkatkan Produktivitas dan Daya Saing Nasional

Perkembangan Artificial Intelligence (AI) kini menjadi faktor strategis yang menentukan kekuatan ekonomi global. Tidak lagi dipandang sebagai sekadar inovasi teknologi, AI telah menjelma menjadi instrumen penting bagi negara untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan daya saing. Di Indonesia, pemanfaatan AI mulai merambah sektor manufaktur, pertanian, layanan publik, hingga pendidikan, meskipun masih dihadapkan pada kesenjangan akses teknologi di tingkat masyarakat.

Pakar Ekonomi Makro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Faiza Husnayeni Nahar, SE., M.Ec., menjelaskan bahwa penetrasi AI telah mengubah lanskap ekonomi global. Negara yang cepat mengadopsi teknologi ini akan berada pada posisi lebih unggul dalam inovasi maupun pertumbuhan ekonomi.

“Di beberapa negara, kita sudah melihat robot resepsionis hotel, customer service berbasis AI, hingga robot pelayan restoran. AI bahkan menjadi solusi bagi negara yang mengalami penurunan sumber daya manusia seperti Jepang,” ujar Faiza saat ditemui pada Senin (24/11) di UMY.

Lebih jauh, Faiza menegaskan bahwa AI kini menjadi indikator strategis dalam menyusun arah kebijakan ekonomi nasional. Negara yang mampu mengintegrasikan AI secara inklusif dan berkelanjutan akan memiliki keunggulan signifikan dalam produktivitas dan daya saing global.

“AI bukan hanya teknologi, ia adalah penentu kekuatan ekonomi suatu negara. Jika diadopsi secara merata, dampaknya akan terlihat pada peningkatan inovasi dan efisiensi di berbagai sektor,” jelasnya.

Faiza memaparkan bahwa AI telah memberi kontribusi besar, terutama pada sektor-sektor utama. Dalam industri manufaktur, misalnya, robot berbasis AI mampu menggantikan pekerjaan manual sehingga menekan biaya operasional. Di sektor pertanian, teknologi AI dapat menganalisis kondisi cuaca, tanah, pola tanam, serta memantau kesehatan tanaman melalui drone secara real-time.

Namun, peluang besar yang dibawa AI juga disertai risiko. Faiza mengingatkan bahwa pelaku usaha lokal dapat terdampak, terutama karena peningkatan persaingan harga melalui platform digital yang transparan. Jika tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas produk dan strategi pemasaran, posisi pelaku UMKM dapat tertekan.

Oleh sebab itu, Faiza menilai pemerintah perlu mengambil langkah taktis agar pemanfaatan AI tidak memperlebar kesenjangan sosial dan ekonomi. Ia menekankan pentingnya penguatan sumber daya manusia, literasi digital, dan infrastruktur sebagai fondasi.

“Kebijakan yang harus diprioritaskan antara lain literasi digital di pendidikan, penguatan SDM agar adaptif terhadap transformasi digital, investasi infrastruktur internet berkecepatan tinggi, serta regulasi AI yang etis dan transparan,” ujarnya.

Faiza menegaskan bahwa masa depan ekonomi Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 akan sangat ditentukan oleh konsistensi implementasi kebijakan teknologi. Ia menutup dengan pesan bagi generasi muda agar tidak sekadar menjadi pengguna teknologi, tetapi juga menjadi pencipta dan pengembangnya.

“Kita boleh dimanjakan oleh limpahan informasi, tetapi generasi muda harus memiliki pemahaman yang utuh. Tingkatkan literasi digital dan ekonomi, kembangkan keterampilan adaptif, dan beranilah berinovasi,” pungkasnya. (NF)


BAGIKAN