Pembinaan Dosen Baru UMY: Integrasi Akademik, Moral, dan Ideologi Muhammadiyah

Upaya membentuk dosen yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki karakter moral, komitmen pengabdian, serta pemahaman ideologis Muhammadiyah kembali ditegaskan melalui penyelenggaraan Baitul Arqam. Program pembinaan ini menjadi ruang penyamaan visi bagi para dosen baru di lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), sekaligus penguatan identitas sebagai pendidik berjiwa dakwah berkemajuan.

Kegiatan yang digelar oleh Direktorat Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) UMY tersebut menekankan bahwa dosen tidak cukup hanya menguasai disiplin ilmu, tetapi juga harus memahami nilai-nilai persyarikatan sebagai fondasi gerakan intelektual dan moral. Pembukaan sesi awal yang berlangsung pada Senin (24/11) di Gedung UMY Student Dormitory menghadirkan pesan-pesan penting mengenai etos keteladanan, kepedulian terhadap mahasiswa, serta kesadaran kolektif dalam ritme dakwah Muhammadiyah.

Wakil Rektor Bidang Pengembangan Universitas dan AIK, Prof. Faris Al-Fadhat, M.A., Ph.D., menegaskan bahwa kemajuan UMY tidak dapat dilepaskan dari kualitas sumber daya manusia yang membangun ekosistem pendidikan. Ia menekankan bahwa dosen UMY harus mampu hadir secara penuh bagi mahasiswa, bukan hanya dalam aspek akademik, tetapi juga dalam dimensi moral dan kemanusiaan.

Mengisahkan pengalaman mendampingi seorang mahasiswa yang hampir menyerah di tengah perjalanan akademiknya, Faris mencontohkan bagaimana peran dosen dapat mengubah masa depan mahasiswa.

“Dosen itu tengah malam pun masih menjawab pesan dan memberikan motivasi. Dari situlah mahasiswa ini kembali bangkit menyelesaikan studinya. Nilai-nilai seperti inilah yang kita harapkan selalu hidup dalam diri dosen UMY,” tegas Faris.

Sikap kepedulian yang melampaui batas prosedural, menurut Faris, merupakan bagian dari nilai dakwah Muhammadiyah yang harus dihidupkan oleh setiap pendidik.

Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Dr. Muhammad Ikhwan Ahada, M.A., menegaskan bahwa Baitul Arqam adalah gerbang ideologis bagi para dosen baru untuk memasuki atmosfer persyarikatan. Dalam pemaparannya, ia menekankan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan jama’iyah yang ritmenya tidak pernah berhenti bekerja untuk kemaslahatan umat.

Ikhwan juga menyoroti karakter produktif dan kolektif sebagai ciri gerakan Muhammadiyah. Ia mengibaratkan proses memasuki Baitul Arqam sebagai miqat dalam ibadah haji, titik di mana seseorang memasuki ruang nilai yang mengharuskan komitmen yang sama, mengesampingkan perbedaan personal demi tujuan dakwah bersama.

“Begitu pula dengan Baitul Arqam, kita masuk dengan satu ritme dakwah, satu komitmen, dan satu tujuan,” jelasnya.

Sebagai Bendahara Badan Pembina Harian (BPH) UMY, Ikhwan mengingatkan bahwa keberagaman latar belakang dosen adalah kekuatan, namun hanya akan berfungsi dalam satu sistem nilai apabila seluruhnya memiliki kesadaran kolektif yang selaras. Ia menegaskan bahwa pendidik di perguruan tinggi Muhammadiyah tidak hanya bertugas mentransfer ilmu, tetapi juga membentuk akhlak, meneguhkan nilai keislaman, dan menggerakkan amar ma’ruf nahi munkar melalui aktivitas akademik dan sosial.

“Kader Muhammadiyah itu harus tegas. Kalau masih bimbang dan ragu, lebih baik pulang. Tetapi jika sudah mantap, luruskan niat untuk mengemban amanah dakwah,” tutup Ikhwan meneguhkan spirit perjuangan para pendidik.

Program Baitul Arqam bagi dosen baru UMY ini akan berlangsung selama tiga hari sebagai proses pematangan ideologis dan profesionalitas akademik. (ID)


BAGIKAN