UMY Soroti Tren Paylater: Praktis tapi Berisiko, Literasi Keuangan Jadi Kunci

Penggunaan layanan Paylater di Indonesia terus meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih, tren ini mencerminkan perubahan perilaku konsumsi masyarakat menuju pola belanja berbasis utang jangka pendek yang semakin meluas.

Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Lela Hindasah, S.E., M.Si., menilai fenomena ini perlu diwaspadai karena berpotensi menjadi “bom waktu” ekonomi jika tidak diimbangi dengan literasi keuangan yang baik.

“Dalam sistem Paylater, masyarakat terdorong untuk berbelanja melebihi kemampuan riilnya. Jika tingkat gagal bayar meningkat, dampaknya bisa meluas hingga memengaruhi stabilitas sistem keuangan nasional,” jelas Lela saat diwawancarai Humas UMY, Senin (13/10).

Menurutnya, berbeda dengan kartu kredit yang memerlukan proses verifikasi ketat, layanan Paylater menawarkan kemudahan luar biasa, yakni cukup dengan satu klik, pengguna bisa langsung bertransaksi tanpa jaminan yang jelas. Namun, kemudahan ini justru dapat menjadi jebakan karena bunga efektif Paylater sering kali lebih tinggi daripada kartu kredit, ditambah biaya administrasi dan denda keterlambatan yang kerap diabaikan oleh pengguna.

Fenomena ini banyak ditemukan di kalangan Generasi Z dan mahasiswa, yang akrab dengan gaya hidup digital, e-commerce, serta budaya instan.

“Generasi ini tumbuh di era promo, cashback, dan diskon musiman yang membuat belanja terasa menyenangkan dan seolah tanpa risiko,” tambah Kepala Galeri Bursa Efek Indonesia (BEI) FEB UMY tersebut.

Padahal, kebiasaan berutang sejak dini tanpa kemampuan mengatur keuangan dapat berdampak panjang, mulai dari stres akibat tagihan, penurunan produktivitas, hingga rusaknya riwayat kredit pribadi. Jika tidak disertai literasi keuangan yang memadai, perilaku konsumtif ini dapat menghambat kemandirian finansial di masa depan.

Dalam konteks ini, Lela menekankan pentingnya peran kampus dalam membentuk karakter finansial mahasiswa. Melalui kegiatan literasi keuangan, edukasi pasar modal, hingga pelatihan perencanaan keuangan pribadi, mahasiswa dapat belajar membuat keputusan finansial yang bijak dan bertanggung jawab.

“Teknologi keuangan seharusnya menjadi alat bantu, bukan sumber masalah. Dengan pemahaman yang benar, Paylater dapat dimanfaatkan secara sehat tanpa menjerumuskan pengguna ke lingkaran utang yang merugikan, baik bagi individu maupun perekonomian,” pungkasnya. (Jeed)


BAGIKAN