Belakangan ini publik dikejutkan oleh temuan mikroplastik dalam air hujan di berbagai wilayah Indonesia. Dari sudut pandang medis, paparan mikroplastik tidak hanya berisiko bagi organ dalam tubuh, tetapi juga dapat memberikan dampak serius terhadap kesehatan kulit.
Hal tersebut dijelaskan oleh dr. Nafiah Chusniyati, M.Sc., Sp.DVE., FINSDV, FAADV, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di RS PKU Muhammadiyah Gamping sekaligus dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dalam wawancara daring pada Sabtu (8/11).
Menurut dr. Nafiah, mikroplastik merupakan partikel plastik berukuran sangat kecil yang kini telah tersebar di berbagai elemen lingkungan, mulai dari udara, air, hingga tanah. Partikel tersebut dapat ikut dalam siklus air dan menempel pada kulit manusia saat hujan turun.
“Mikroplastik di udara akan mengikuti siklus air, sehingga saat hujan turun, partikel ini bisa mengenai kulit kita. Mikroplastik dapat bersifat sebagai iritan atau alergen, terutama bagi orang yang sensitif atau pernah terpapar sebelumnya,” terang dr. Nafiah.
Paparan tersebut dapat menimbulkan reaksi peradangan pada kulit, seperti gatal, kemerahan, hingga lenting berair yang muncul beberapa hari setelah terpapar.
“Karena mikroplastik bisa bertindak sebagai iritan dan alergen, penyakit yang muncul dapat berupa dermatitis, baik dermatitis atopik maupun numularis. Ketika mantel kulit terganggu, bakteri juga lebih mudah masuk sehingga dapat timbul infeksi seperti impetigo atau folikulitis,” jelasnya.
Selain efek jangka pendek, paparan mikroplastik juga berpotensi menyebabkan kerusakan jangka panjang pada struktur kulit, khususnya pada kolagen, protein penting yang menjaga kekenyalan dan elastisitas kulit.
“Mikroplastik yang menembus ke lapisan dalam kulit dapat mengganggu fungsi kolagen. Akibatnya kulit menjadi kering, elastisitas menurun, dan tanda-tanda penuaan seperti kerutan muncul lebih cepat,” ujarnya.
Lebih lanjut, dr. Nafiah menambahkan bahwa paparan mikroplastik dengan konsentrasi tinggi dan terus-menerus bahkan dapat mencapai DNA sel kulit, sehingga dalam jangka panjang berpotensi memicu perubahan seluler yang dapat menyebabkan kanker kulit, meskipun prosesnya berlangsung sangat lama.
Untuk mencegah dampak buruk tersebut, masyarakat diimbau untuk menjaga kesehatan kulit sekaligus mengurangi sumber mikroplastik di kehidupan sehari-hari.
“Langkah paling dasar adalah memastikan fungsi barier kulit tetap baik dengan menggunakan pembersih yang lembut (gentle cleanser). Hindari sabun dengan kandungan alkohol tinggi atau antiseptik berlebihan karena dapat mengikis lemak pelindung kulit,” sarannya.
Setelah mandi, penggunaan pelembap juga penting agar kulit tetap lembap dan berfungsi optimal sebagai pelindung alami tubuh.
Selain perawatan diri, dr. Nafiah juga mengingatkan pentingnya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai serta memilih bahan plastik yang lebih aman seperti PET, HDPE, atau PP.
“Hindari juga produk skincare yang mengandung mikroplastik, seperti scrub dengan partikel sintetis. Gunakan bahan alami sebagai alternatif, misalnya kopi atau garam,” tutupnya. (NF)