Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali mencatat prestasi membanggakan melalui mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Dziqriya Lissaada, yang akrab disapa Qiya.
Mahasiswi angkatan 2024 tersebut berhasil meraih Juara I kategori Seni Tunggal Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Putri Dewasa pada ajang Pencak Silat Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Championship 2 Tingkat Nasional. Kegiatan ini berlangsung pada 6–7 Desember 2025 di Gelanggang Olahraga (GOR) Gymnasium Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (IPB), Kota Bogor.
Qiya mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaannya atas pencapaian tersebut. Baginya, kemenangan ini bukan hanya sekadar prestasi, melainkan bukti bahwa target utamanya untuk mempertahankan gelar dapat terwujud.
“Yang pasti senang dan bangga karena target utama tercapai, yaitu mempertahankan Juara I dalam setiap kejuaraan. Tentunya mempertahankan itu bukanlah hal mudah, harus diimbangi dengan latihan rutin dan intens,” ujarnya.
Ketertarikan Qiya terhadap pencak silat dimulai sejak jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebagai siswa di sekolah Muhammadiyah, ia mengikuti ekstrakurikuler Tapak Suci yang diwajibkan pihak sekolah. Dari latihan dasar, pelatih kemudian mulai mengarahkan Qiya untuk mengikuti kompetisi. Sejak saat itu, ia semakin menemukan passion dalam dunia pencak silat.
Menjelang kejuaraan, Qiya menjalani latihan intens yang bukan hanya dilakukan dalam hitungan bulan, melainkan akumulasi usaha selama bertahun-tahun. Di UAD, ia merasa sangat difasilitasi, khususnya melalui Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah Tapak Suci UAD.
“Saya selalu difasilitasi dari segi latihan, ruang untuk berlatih, waktu, hingga perlengkapan. Saat kejuaraan pun semuanya tetap difasilitasi,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan bahwa motivasi terbesarnya datang dari keluarga. “Dukungan orang tua dan keluarga membuat saya ingin terus membuktikan bahwa saya bisa berprestasi. Semoga jika Allah berkehendak, saya bisa sampai tingkat internasional,” harapnya.
Sebagai mahasiswa aktif, Qiya tetap mengutamakan kuliah. Ia mengatur waktu sedemikian rupa agar kegiatan akademik dan latihan tidak saling berbenturan.
“Jadwal kuliah itu tidak bisa diulang, tetapi latihan bisa disesuaikan. Untungnya jadwal latihan biasanya malam, jadi masih bisa saya manage,” jelasnya.
Baginya, tantangan terbesar justru berasal dari diri sendiri. Rasa malas sering muncul, tetapi selalu ia lawan demi disiplin waktu, pola hidup, dan kualitas latihan. Qiya menegaskan bahwa pencapaiannya tidak terlepas dari dukungan orang-orang di sekelilingnya. “Teman-teman, keluarga, dan dosen-dosen PBSI selalu mendukung dan memberi apresiasi di setiap kejuaraan yang saya ikuti,” katanya.
Qiya memberikan pesan penting terkhusus bagi mahasiswa yang ingin berprestasi di bidang nonakademik. “Mulailah tertib untuk diri kalian. Dalam olahraga, rajin latihan saja tidak cukup, harus diimbangi dengan pola hidup, pola makan, dan pola ibadah yang baik. Insyaallah semua proses akan dimudahkan dan hasilnya bermanfaat.”
Prestasi Qiya menjadi bukti bahwa mahasiswa UAD tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga mampu bersinar dalam kancah nasional melalui dedikasi, kerja keras, dan dukungan lingkungan kampus. (Anove)