UKDW Menelusuri Nadi Kota Jakarta: Ekskursi Arsitektur dan Perkotaan 2025

Ibu Kota kembali menjadi ruang belajar terbuka bagi mahasiswa semester lima Program Studi Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Selama tiga hari, 1–3 November 2025, mereka mengikuti ekskursi, sebuah perjalanan akademik yang bertujuan mempertemukan teori arsitektur dengan realitas kota metropolitan.

Kegiatan ini dirancang untuk memperkaya pengalaman lapangan para mahasiswa agar memahami dinamika kehidupan urban. Melalui pengamatan langsung, mereka belajar membaca perilaku warga kota, mengenali sistem zonasi, dan memahami karakter ruang dalam berbagai skala, dari meso hingga makro. Ekskursi ini juga mengajak peserta melihat kota bukan sekadar kumpulan gedung tinggi, melainkan organisme hidup yang terus beradaptasi bersama warganya.

Belajar dari Ruang Publik

Perjalanan dimulai di Tebet Eco Park, ruang terbuka hijau yang menjadi contoh kolaborasi antara warga dan pemerintah dalam memulihkan fungsi ekologis kawasan yang dahulu terbelah jalan raya. Dari taman kota ini, mahasiswa belajar bahwa ruang publik bukan hanya soal fasilitas rekreasi, melainkan juga wujud partisipasi sosial untuk merekonsiliasi infrastruktur dan ekologi.

Sudirman: Wajah Modern dan Mobilitas Berkelanjutan

Dari ruang hijau yang teduh, rombongan bergerak menuju Koridor Sudirman, kawasan yang merepresentasikan wajah modern Jakarta. Di sini, mahasiswa mendalami konsep great street yang dikemukakan Allan B. Jacobs (1995).

Sepanjang ruas Sudirman, berbagai moda transportasi publik terintegrasi dalam satu jaringan yang mencerminkan prinsip Transit Oriented Development (TOD), pengembangan kawasan kota di sekitar simpul transportasi publik guna mendorong mobilitas berkelanjutan, efisiensi ruang, serta kehidupan pejalan kaki.

Sistem MRT sebagai moda bawah tanah menghubungkan kawasan pusat bisnis hingga Bundaran HI. Di atasnya, LRT memperkuat konektivitas antarwilayah, sementara Jetliner Connector (Jetlinco) memperlancar perpindahan antarmoda.

Tak hanya sebagai koridor mobilitas, Sudirman juga berfungsi sebagai ruang kota yang hidup. Trotoar lebar, jalur sepeda, serta ruang publik seperti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Pinisi dan Hutan Kota GBK menjadi contoh harmonisasi antara transportasi publik dan ruang publik. Mahasiswa pun belajar bahwa mobilitas urban bukan semata tentang berpindah tempat, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman ruang kota yang inklusif, nyaman, dan manusiawi.

Mega Kuningan: Dinamika Kota Global

Kawasan Mega Kuningan menghadirkan pelajaran lain: kota sebagai ruang ekonomi global yang terus bergerak. Di kawasan ini, mahasiswa mengamati bagaimana tata zonasi menegaskan hierarki ruang dalam skala makro, cerminan prinsip The Elements of Urban Design yang menekankan keterpaduan antara massa bangunan, orientasi jalan, dan aktivitas manusia.

BRIlian Tower: Masa Depan Kota Berkelanjutan

Ekskursi berakhir di BRIlian Tower, gedung yang membuka wawasan baru tentang integrasi keberlanjutan dalam arsitektur modern. Mahasiswa mempelajari penerapan konsep green building dan smart building, sistem efisiensi energi, jaringan utilitas, hingga teknologi keamanan bangunan. Bagi para mahasiswa, BRIlian Tower bukan sekadar simbol kemegahan, melainkan bukti bahwa arsitektur masa depan dapat hadir sejalan dengan lingkungan dan teknologi. [IID-MKS]


BAGIKAN