Jalur konektivitas industri global dan peluang karier internasional bagi lulusan kini menjadi fokus penting perguruan tinggi dalam memperkuat relevansi pendidikan tinggi di tengah persaingan global. Hal ini menjadi topik utama dalam agenda benchmarking antara Universitas Esa Unggul (UEU) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang berlangsung pada Selasa (25/11). Kedua institusi membahas strategi penyiapan mahasiswa menghadapi kebutuhan industri global serta pengembangan skema mobilitas internasional yang semakin kompetitif.
Agenda yang digelar di Ruang Sidang Komisi Gedung AR Fachruddin A tersebut menyoroti bagaimana kolaborasi strategis antara universitas dan industri dapat menjadi fondasi untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya memenuhi standar kompetensi nasional, tetapi juga mampu bersaing dalam ekosistem kerja global.
Dalam sambutannya, Kepala Biro Kerja Sama UEU, Dr. Ayu Larasati, menegaskan bahwa kunjungan ini bertujuan mempelajari praktik terbaik UMY dalam membangun model kerja sama industri serta membuka peluang karier internasional bagi mahasiswa maupun alumni.
“Kami ingin belajar dari UMY terkait bagaimana mengembangkan kerja sama dan kolaborasi yang memberi manfaat langsung bagi mahasiswa dan alumni,” ujar Ayu.
Kepala Subdirektorat Kemitraan UMY, dr. Farindira Vesti Rahmasari, M.Sc., Ph.D., menyampaikan bahwa ekosistem kemitraan UMY telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. UMY saat ini menjalin jejaring luas dengan sektor pemerintahan, kesehatan, farmasi, keuangan, perbankan, hingga teknologi, baik pada tingkat nasional maupun internasional seperti Manila, Kuala Lumpur, dan Shanghai.
Farindira menekankan bahwa hubungan tersebut tidak bersifat seremonial, melainkan diintegrasikan dengan penelitian dan inovasi dosen serta mahasiswa sehingga kolaborasi berlangsung berkelanjutan dan memberikan dampak nyata.
“Kerja sama kami dengan industri tidak hanya seremonial. Kami menghubungkannya dengan penelitian dan inovasi, sehingga ada kesinambungan dan dampak langsung,” jelas Farindira.
Selain itu, UMY juga memperluas jalur karier global melalui kerja sama dengan lembaga pemerintah, termasuk program resmi penempatan tenaga kesehatan ke Jepang, Jerman, hingga Arab Saudi. Program tersebut memastikan lulusan memperoleh akses kerja luar negeri yang legal, aman, dan kredibel.
“Khusus bidang keperawatan, banyak peluang luar negeri yang difasilitasi pemerintah. Kami memastikan mahasiswa mendapatkan akses yang kredibel dan aman,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Farindira juga menjelaskan bahwa UMY memiliki beragam program global seperti double degree, joint degree, student exchange, summer school, visiting professor, hingga sabbatical leave bagi dosen. Seluruh program internasionalisasi tersebut dikelola secara terpadu sehingga mobilitas akademik berjalan sistematis dan berkontribusi pada peningkatan reputasi institusi.
Saat ini UMY menyelenggarakan lebih dari 19 program summer school setiap tahun, memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan akademik lintas negara selama dua minggu hingga satu bulan. Farindira menegaskan bahwa keberhasilan internasionalisasi diukur dari konsistensi pelaksanaan kegiatan, bukan sekadar penandatanganan dokumen kerja sama.
“Harapannya, kerja sama dapat terus berkembang menjadi mobilitas mahasiswa dan dosen yang berdampak langsung pada reputasi dan kualitas akademik,” ujarnya.
Ayu menyambut baik pemaparan tersebut dan menyatakan bahwa UEU berkomitmen memperkuat konektivitas industri serta internasionalisasi kampus. Ia menyebut model UMY sebagai rujukan penting yang akan dikaji lebih lanjut untuk diterapkan di lingkungan UEU.
“UMY memiliki model yang sangat komprehensif. Mulai dari mobilitas, industri, hingga sistem digitalnya sudah terintegrasi. Kami ingin meninjau sejauh mana model tersebut bisa diterapkan di kampus kami,” pungkasnya. (ID)