Hadapi Ancaman Siklon Tropis, Pakar UMY Dorong Pembangunan Terintegrasi Mitigasi Bencana

Ancaman siklon tropis yang semakin nyata di Indonesia menuntut perubahan pendekatan dalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah. Bencana tidak lagi dapat diposisikan semata sebagai peristiwa alam yang ditangani secara darurat, melainkan sebagai risiko struktural yang harus diantisipasi sejak tahap perencanaan pembangunan agar tidak terus menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial.

Pakar Ekonomi Islam dan Pembangunan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dyah Titis Kusuma Wardani, S.E., MIDEC., Ph.D., menekankan pentingnya integrasi mitigasi bencana dalam kebijakan pembangunan. Menurutnya, pembangunan yang mengabaikan aspek risiko bencana justru berpotensi memperlemah ketahanan ekonomi dan memperlambat pencapaian tujuan pembangunan jangka panjang.

“Siklon tropis memang membawa dampak ekonomi yang besar tetapi dari perspektif ekonomi pembangunan, fenomena ini juga harus dilihat sebagai momentum untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan infrastruktur. Pembangunan tidak boleh lagi bersifat reaktif, melainkan harus dirancang adaptif terhadap risiko bencana,” ujar Dyah, Jumat (26/12) di UMY.

Pembangunan yang tangguh bencana akan mengurangi kerugian di masa depan sekaligus mempercepat pemulihan ketika bencana terjadi. Integrasi mitigasi bencana dapat dilakukan dengan memasukkan aspek pengurangan risiko ke dalam rencana pembangunan nasional maupun daerah. Hal ini mencakup peningkatan kapasitas infrastruktur agar lebih tahan terhadap cuaca ekstrem, serta penguatan kelembagaan yang berperan dalam perencanaan dan pengelolaan risiko bencana.

Baca juga : Dampak Siklon Tropis terhadap Ekonomi, Pakar UMY: Sektor Primer Paling Rentan

“Peningkatan kapasitas infrastruktur dan kelembagaan menjadi kunci. Infrastruktur yang dirancang tanpa mempertimbangkan risiko bencana akan mudah rusak dan menimbulkan beban ekonomi berulang. Sebaliknya, investasi pada infrastruktur tahan bencana justru lebih efisien dalam jangka panjang,” jelas lebih lanjut.

Selain aspek fisik dan kelembagaan, Dyah juga menyoroti pentingnya penguatan sistem peringatan dini dan mekanisme respons bencana. Sistem yang terintegrasi dan responsif dapat meminimalkan dampak bencana terhadap aktivitas ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat.

Hal tersebut dapat terealisasikan dengan baik jika ada koordinasi lintas sektor agar kebijakan mitigasi tidak berjalan parsial. Masyarakat pun berperan dalam upaya mitigasi bencana. Kesadaran publik terhadap risiko bencana dan partisipasi aktif masyarakat dinilai sebagai elemen penting dalam membangun ketahanan ekonomi yang berkelanjutan.

“Jika mitigasi bencana diintegrasikan secara konsisten dalam perencanaan pembangunan maka siklon tropis tidak lagi menjadi hambatan utama pembangunan, melainkan risiko yang dapat dikelola secara berkelanjutan,” pungkas Dyah. (NF)


BAGIKAN