Di tengah semakin tingginya kesadaran institusi dunia dalam agenda keberlanjutan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menegaskan keberlanjutan sebagai strategi institusional. Dalam UI GreenMetric World University Rankings 2025, UMY menempati peringkat 133 dunia, membaik dari peringkat 136 pada tahun sebelumnya. Ini terjadi di saat jumlah universitas peserta melonjak signifikan yang semula 1.477 menjadi 1.745 institusi global.
Rektor UMY, Prof. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc., menegaskan bahwa capaian tersebut tidak dipahami sekadar sebagai pencapaian peringkat, melainkan sebagai refleksi dari strategi keberlanjutan institusional yang dijalankan secara konsisten dan terukur. Menurutnya, UI GreenMetric (UIGM) diposisikan sebagai instrumen evaluasi kebijakan, bukan tujuan akhir pengembangan universitas.
“Capaian ini menunjukkan bahwa UMY mampu menjaga dan meningkatkan daya saing keberlanjutan di level global, meskipun kompetisi antaruniversitas semakin ketat. Bagi kami, UIGM adalah alat ukur untuk memastikan arah kebijakan keberlanjutan berjalan pada jalur yang benar,” ujar Nurmandi saat diwawancarai pada Jum’at (26/12) di ruang kerjanya.
Diketahui, UIGM 2025 memiliki empat indikator pemeringkatan. Keempatnya terdiri dari Setting & Infrastructure, Energy & Climate Change, Waste, Water, Transportation, serta Education & Research.
Berdasarkan hasil pemeringkatan, kekuatan utama UMY tercermin pada indikator Education & Research dengan skor mencapai 95,14 persen dan menempatkan UMY di peringkat 61 dunia. Capaian tersebut menunjukkan kuatnya integrasi isu keberlanjutan dalam kurikulum, riset, dan publikasi ilmiah.
Baca juga : Skor Meningkat, UMY Pertahankan Peringkat Global di THE Interdisciplinary Science Rankings 2026
Selain itu, indikator Energy & Climate Change menjadi penyumbang skor terbesar terhadap total nilai UMY, disusul oleh aspek Transportation yang relatif stabil dan kompetitif dari tahun ke tahun.
Nurmandi menilai capaian tersebut mengindikasikan bahwa pendekatan keberlanjutan UMY tidak semata bertumpu pada pembangunan fisik kampus, tetapi lebih pada transformasi kebijakan, akademik, dan tata kelola universitas. Keberlanjutan, menurutnya, dibangun melalui penguatan ekosistem pengetahuan dan pengambilan keputusan berbasis data.
“Hasil pemeringkatan ini justru penting karena memberi gambaran jujur tentang tantangan yang masih harus diselesaikan, terutama pada pengelolaan air, limbah, dan pengembangan infrastruktur hijau. Area-area ini akan menjadi fokus penguatan pada fase berikutnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Nurmandi menyampaikan bahwa capaian UIGM 2025 telah dianalisis secara internal dan dijadikan baseline dalam roadmap keberlanjutan UMY ke depan. Penyesuaian kebijakan dan alokasi sumber daya akan dilakukan secara selektif dan berbasis data, dengan mempertimbangkan prioritas strategis universitas secara menyeluruh.
“Pendekatan yang kami bangun bersifat partisipatif dan bottom-up. Keberlanjutan tidak kami tempatkan sebagai program instruktif, tetapi sebagai budaya yang hidup dalam keseharian civitas academica,” pungkas Nurmandi. (ID)