Perang melawan Tuberkulosis (TBC) di Indonesia ternyata menghadapi tembok tebal bernama stigma. Seringkali, pandangan miring dan pengucilan dari lingkungan sosial justru lebih menyakitkan bagi pasien daripada penyakitnya sendiri. Isu krusial inilah yang dibedah tuntas oleh Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta.
Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, UNISA gelar Seminar Nasional bertajuk “Seminar Akhir Tahun: Akhiri Stigma, Akhiri TBC". Acara yang digelar secara hybrid ini memadati ruang sidang Gedung Siti Moendjijah, Rabu (17/12/2025).
Sebanyak 180 peserta yang hadir diajak untuk membuka mata bahwa penderita TBC membutuhkan dukungan, bukan hujatan. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) UNISA Yogyakarta, Dr. Dewi Rokhanawati, S.SiT., M.PH, menyoroti fenomena ketakutan masyarakat yang berlebihan.
“Penderita TBC bukanlah sosok hantu yang menakutkan, tetapi stigma yang ada terkadang membuat mereka dihindari. Tema hari ini sangat relevan karena kasus TBC masih sangat banyak dijumpai, dan obat pertama adalah dukungan sosial,” tegas Dewi.
Dukungan Adalah Kunci Kesembuhan
Senada dengan Dewi, Kepala Dinas Kesehatan DIY, dr. Gregorius Anung Trihadi, MPH , memberikan peringatan keras. Ia menegaskan bahwa stigma negatif dapat menghambat proses pengobatan. Pasien yang malu atau takut dikucilkan cenderung menyembunyikan penyakitnya, yang akhirnya justru memperparah penularan.
“Jangan sampai kita memberikan stigma kepada penderita TBC. Dukungan moral sangat penting untuk keberhasilan pengobatan mereka,” ujar Anung.
Hadirkan Saksi Hidup dan Pakar
Seminar ini tidak main-main dalam menghadirkan narasumber. Empat perspektif berbeda dihadirkan untuk mengupas tuntas TBC dari sisi medis, psikologis, hingga pengalaman nyata.
Mereka adalah dr. Hendris Utama Citra W, Sp.P. (Spesialis Paru RSUP dr. Sardjito), Firra Berlinawati, S.Psi., Psikolog (Psikolog Klinis), Suratini, S.Kep., Ns, M.Kep., Sp.Kom (Dosen Keperawatan UNISA), dan yang paling menyentuh hati, Eny Suryaningsih (Penyintas TBC).
Kehadiran Eny sebagai penyitas memberikan gambaran nyata betapa beratnya perjuangan sembuh di tengah stigma masyarakat. Seminar ini diharapkan menjadi titik balik bagi mahasiswa dan masyarakat umum untuk berhenti melabeli penderita TBC, dan mulai merangkul mereka agar Indonesia bebas TBC.