Waspada! Bakteri TBC Bisa Bertahan di Lingkungan Lembap, Bukan Hanya Menular Lewat Udara

Selama ini penularan Tuberkulosis (TBC) identik dengan percikan dahak di udara. Namun, Pakar Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. dr. Inayati, M.Kes., Sp.MK., mengungkapkan bahwa bakteri Mycobacterium tuberculosis juga dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia, termasuk di air, tanah, dan debu. Ketahanan luar biasa ini menjadi ancaman tersembunyi, terutama di kawasan padat penduduk dengan sanitasi yang buruk dan sirkulasi udara minim.

Menurut dr. Inayati, kemampuan bakteri TBC bertahan hidup tidak hanya karena kekuatannya, tetapi juga karena daya adaptasinya terhadap lingkungan lembap dan gelap. Kondisi seperti ini sering ditemukan di permukiman padat yang memiliki ventilasi buruk atau jarang terpapar sinar matahari langsung.

“Bakteri TBC dapat bertahan di luar tubuh manusia selama beberapa waktu, terutama jika berada di tempat yang lembap atau tidak terkena sinar matahari. Di dalam air atau debu, ia bisa menetap hingga kondisi kembali mendukung untuk menginfeksi inang baru,” jelasnya melalui pesan WhatsApp pada Rabu (12/11).

Lebih lanjut, dr. Inayati menjelaskan bahwa pasien TBC terbagi menjadi dua tipe, yaitu pasien aktif dan pasien laten. Pasien aktif menularkan penyakit melalui percikan batuk atau bersin, sedangkan pasien laten tidak menunjukkan gejala tetapi masih membawa bakteri di dalam tubuhnya.

“Pasien laten ini sering tidak menyadari bahwa mereka masih membawa bakteri. Mereka tampak sehat, tidak batuk, dan tidak demam, tetapi di dalam tubuhnya masih ada kuman yang ‘tidur’. Begitu daya tahan tubuhnya menurun, bakteri bisa aktif kembali dan menular ke orang lain. Jadi, pengawasan medis dan gaya hidup sehat itu penting bahkan setelah sembuh,” tegasnya.

Melihat kompleksitas cara bertahan dan menularnya bakteri ini, dr. Inayati menegaskan bahwa pengendalian TBC tidak cukup hanya dengan pengobatan medis. Upaya menjaga lingkungan tetap bersih, memastikan ventilasi rumah memadai, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kebersihan lingkungan menjadi langkah penting dalam pencegahan.

Selain itu, sinar matahari memiliki peran besar dalam menekan keberadaan bakteri TBC di udara. Sinar ultraviolet dari matahari dapat membantu mematikan bakteri yang melayang, sedangkan ruangan tertutup dan gelap justru menjadi tempat ideal bagi bakteri untuk bertahan lebih lama.

“Ruangan yang tertutup rapat, jarang mendapat sinar matahari, dan tidak memiliki sirkulasi udara berisiko tinggi menjadi tempat bakteri menetap. Jadi, bukan hanya pasien yang harus diobati, tetapi lingkungannya juga harus dijaga tetap sehat,” pungkas dr. Inayati. (NF)


BAGIKAN